Monday, July 4, 2016

Bandar Poker - kisah ini merupakan lanjutan dari sebelumnya yang berjudul Melihat Kedua Temanku ML Dengan Pacarnya Saat Menginap di Villa , dan pada kesempatan kali ini situs ceritasexeraqq.blogspot.com akan memembagikan cerita sex dewasa baru yang tidak kalah seru nya dengan judul Kenikmatan Ketika Aku “Dijarah” Kedua Teman Lelakiku di Villa


Bandar Poker – Malam harinya selesai makan kami semua berkumpul diruang tengah, Andri langsung memutar VCD X-2. Adegan demi adegan di film mempengaruhi kami, terutama kawan-kawan pria, mereka kelihatan gelisah. Film masih setengah main Susi dan Kelvin menghilang, tak lama kemudian disusul oleh Andra dan Vito.

Tinggal aku, Toni dan Andri, kami duduk dilantai bersandar pada sofa, aku di tengah. Melihat adegan film yang bertambah panas membuat birahiku terusik. Rasa gatal menyeruak dikewanitaanku mengelitik sekujur tubuh dan setiap detik berlalu semakin memuncak saja, aku jadi salah tingkah. Toni yang pertama melihat kegelisahanku.

“Kenapa Ver, gelisah banget horny ya” tegurnya bercanda.
“Ngga lagi, ngaco kamu Ton” sanggahku.
“Kalau horny bilang aja Ver.. hehehe.. kan ada kita-kita” Andri menimpali.
“Rese nih berdua, nonton aja tuh” sanggahku lagi menahan malu.

Toni tidak begitu saja menerima sanggahanku, diantara kami ia paling tinggi jam terbangnya sudah tentu ia tahu persis apa yang sedang aku rasakan. Toni tidak menyia-nyiakannya, bahuku dipeluknya seperti biasa ia lakukan, seakan tanpa tendensi apa-apa.

“Santai Ver, kalau horny enjoy aja, gak usah malu.. itu artinya kamu normal” bisik Toni sambil meremas pundakku.

Remasan dan terpaan nafas Toni saat berbisik menyebabkan semua bulu-bulu di tubuhku meremang, tanpa terasa tanganku meremas ujung rok. Toni menarik tanganku meletakan dipahanya ditekan sambil diremasnya, tak ayal lagi tanganku jadi meremas pahanya.

“Remas aja paha aku Ver daripada rok” bisik Toni lagi.

Kalau sedang bercanda jangankan paha, pantatnya yang \’geboy\’ saja kadang aku remas tanpa rasa apapun, kali ini merasakan paha Toni dalam remasanku membuat darahku berdesir keras.

“Ngga usah malu Ver, santai aja” lanjutnya lagi.

Entah karena bujukannya atau aku sendiri yang menginginkan, tidak jelas, yang pasti tanganku tidak beranjak dari pahanya dan setiap ada adegan yang \’wow\’ kuremas pahanya. Merasa mendapat angin, Toni melepaskan rangkulannya dan memindahkan tangannya di atas pahaku, awalnya masih dekat dengkul lama kelamaan makin naik, setiap gerakan tangannya membuatku merinding.

Entah bagaimana mulainya tanpa kusadari tangan Toni sudah berada dipaha dalamku, tangannya mengelus-elus dengan halus, ingin menepis, tapi, rasa geli-geli enak yang timbul begitu kuatnya, membuatku membiarkan kenakalan tangan Toni yang semakin menjadi-jadi.

“Ver gue suka deh liat leher sama pundak kamu” bisik Toni seraya mengecup pundakku.
Aku yang sudah terbuai elusannya karuan saja tambah menjadi-jadi dengan kecupannya itu.
“Jangan Ton” namun aku berusaha menolak.
“Kenapa Ver, cuma pundak aja kan” tanpa perduli penolakanku Toni tetap saja mengecup, bahkan semakin naik keleher, disini aku tidak lagi berusaha \’jaim\’.

“Ton.. ahh” desahku tak tertahan lagi.
“Enjoy aja Ver” bisik Toni lagi, sambil mengecup dan menjilat daun telingaku.
“Ohh Ton” aku sudah tidak mampu lagi menahan, semua rasa yang terpendam sejak melihat \’live show\’ dan film, perlahan merayapi lagi tubuhku.

Aku hanya mampu tengadah merasakan kenikmatan mulut Toni di leher dan telingaku. Andri yang sedari tadi asik nonton melihatku seperti itu tidak tinggal diam, ia pun mulai turut melakukan hal yang sama. Pundak, leher dan telinga sebelah kiriku jadi sasaran mulutnya.

Melihat aku sudah pasrah mereka semakin agresif. Tangan Toni semakin naik hingga akhirnya menyentuh kewanitaanku yang masih terbalut CD. Elusan-elusan di kewanitaanku, remasan Andri di payudaraku dan kehangatan mulut mereka dileherku membuat magma birahiku menggelegak sejadi-jadinya.

“Agghh.. Tonn.. Drii.. ohh.. sshh” desahanku bertambah keras.

Andri menyingkap tang-top dan braku bukit kenyal 34b-ku menyembul, langsung dilahapnya dengan rakus. Toni juga beraksi memasukan tangannya kedalam CD meraba-raba kewanitaanku yang sudah basah oleh cairan pelicin. Aku jadi tak terkendali dengan serangan mereka tubuhku bergelinjang keras.

“Emmhh.. aahh.. ohh.. aagghh” desahanku berganti menjadi erangan-erangan.

Mereka melucuti seluruh penutup tubuhku, tubuh polosku dibaringkan dilantai beralas karpet dan mereka pun kembali menjarahnya. Andri melumat bibirku dengan bernafsu lidahnya menerobos kedalam rongga mulutku, lidah kami saling beraut, mengait dan menghisap dengan liarnya.

Sementara Toni menjilat-jilat pahaku lama kelamaan semakin naik.. naik.. dan akhirnya sampai di kewanitaanku, lidahnya bergerak-gerak liar di klitorisku, bersamaan dengan itu Andri pun sudah melumat payudaraku, putingku yang kemerah-merahan jadi bulan-bulanan bibir dan lidahnya.

Diperlakukan seperti itu membuatku kehilangan kesadaran, tubuhku bagai terbang diawang- awang, terlena dibawah kenikmatan hisapan-hisapan mereka. Bahkan aku mulai berani punggung Andri kuremas-remas, kujambak rambutnya dan merengek-rengek meminta mereka untuk tidak berhenti melakukannya.

“Aaahh.. Tonn.. Drii.. teruss.. sshh.. enakk sekalii”
“Nikmatin Ver.. nanti bakal lebih lagi” bisik Andri seraya menjilat dalam-dalam telingaku.

Mendengar kata \’lebih lagi\’ aku seperti tersihir, menjadi hiperaktif pinggul kuangkat-angkat, ingin Toni melakukan lebih dari sekedar menjilat, ia memahami, disantapnya kewanitaanku dengan menyedot-nyedot gundukan daging yang semakin basah oleh ludahnya dan cairanku. Tidak berapa lama kemudian aku merasakan kenikmatan itu semakin memuncak, tubuhku menegang, kupeluk Andri-yang sedang menikmati puting susu-dengan kuatnya.

“Aaagghh.. Tonn.. Drii.. akuu.. oohh” jeritku keras, dan merasakan hentak-hentakan kenikmatan didalam kewanitaanku. Tubuhku melemas.. lungai.

Toni dan Andri menyudahi \’hidangan\’ pembukanya, dibiarkan tubuhku beristirahat dalam kepolosan, sambil memejamkan mata kuingat-ingat apa yang baru saja kualami. Permainan Andri di payudara dan Toni di kewanitaanku yang menyebarkan kenikmatan yang belum pernah kualami sebelumnya, dan hal itu telah kembali menimbulkan getar-getar birahi diseluruh tubuhku.

Aku semakin tenggelam saja dalam bayang-bayang yang menghanyutkan, dan tiba-tiba kurasakan hembusan nafas ditelingaku dan rasa tidak asing lagi.. hangat basah.. Ahh.. bibir dan lidah Andri mulai lagi, tapi kali ini tubuhku seperti di gelitiki ribuan semut, ternyata Andri sudah polos dan bulu-bulu lebat di tangan dan dadanya menggelitiki tubuhku. Begitupun Toni sudah bugil, ia membuka kedua pahaku lebar-lebar dengan kepala sudah berada diantaranya.

Mataku terpejam, aku sadar betul apa yang akan terjadi, kali ini mereka akan menjadikan tubuhku sebagai \’hidangan\’ utama. Ada rasa kuatir dan takut tapi juga menantikan kelanjutannya dengan berdebar.

Begitu kurasakan mulut Toni yang berpengalaman mulai beraksi.. hilang sudah rasa kekuatiran dan ketakutanku. Gairahku bangkit merasakan lidah Toni menjalar dibibir kemaluanku, ditambah lagi Andri yang dengan lahapnya menghisap-hisap putingku membuat tubuhku mengeliat-geliat merasakan geli dan nikmat dikedua titik sensitif tubuhku.

“Aaahh.. Tonn.. Drii.. nngghh.. aaghh” rintihku tak tertahankan lagi.

Toni kemudian mengganjal pinggulku dengan bantal sofa sehingga pantatku menjadi terangkat, lalu kembali lidahnya bermain dikemaluanku. Kali ini ujung lidahnya sampai masuk kedalam liang kenikmatanku, bergerak-gerak liar diantara kemaluan dan anus, seluruh tubuhku bagai tersengat aliran listrik aku hilang kendali.

Aku merintih, mendesah bahkan menjerit-jerit merasakan kenikmatan yang tiada taranya. Lalu kurasakan sesuatu yang hangat keras berada dibibirku.. kejantanan Andri! Aku mengeleng-gelengkan kepala menolak keinginannya, tapi Andri tidak menggubrisnya ia malah manahan kepalaku dengan tangannya agar tidak bergerak.

“Jilat.. Ver” perintahnya tegas.
Aku tidak lagi bisa menolak, kujilat batangnya yang besar dan sudah keras membatu itu, Andri mendesah-desah merasakan jilatanku.
“Aaahh.. Verr.. jilat terus.. nngghh” desah Andri.
“Jilat kepalanya Ver” aku menuruti permintaannya yang tak mungkin kutolak.

Lama kelamaan aku mulai terbiasa dan dapat merasakan juga enaknya menjilat-jilat batang penis itu, lidahku berputar dikepala kemaluannya membuat Andri mendesis desis.
“Ssshh.. nikmat sekali Verr.. isep sayangg.. isep” pintanya diselah-selah desisannya.

Aku tak tahu harus berbuat bagaimana, kuikuti saja apa yg pernah kulihat di film, kepala kejantanannya pertama-tama kumasukan kedalam mulut, Andri meringis.
“Jangan pake gigi Ver.. isep aja” protesnya, kucoba lagi, kali ini Andri mendesis nikmat.
“Ya.. gitu sayang.. sshh.. enak.. Ver”

Melihat Andri saat itu membuatku turut larut dalam kenikmatannya, apalagi ketika sebagian kejantanannya melesak masuk menyentuh langit-langit mulutku, belum lagi kenakalan lidah Toni yang tiada henti-hentinya menggerayangi setiap sudut kemaluanku. Aku semakin terombang-ambing dalam gelombang samudra birahi yang melanda tubuhku, aku bahkan tidak malu lagi mengocok-ngocok kejantanan Andri yang separuhnya berada dalam mulutku.

Beberapa saat kemudian Andri mempercepat gerakan pinggulnya dan menekan lebih dalam batang kemaluannya, tanganku tak mampu menahan laju masuknya kedalam mulutku. Aku menjadi gelagapan, ku geleng-gelengkan kepalaku hendak melepaskan benda panjang itu tapi malah berakibat sebaliknya, gelengan kepalaku membuat kemaluannya seperti dikocok-kocok. Andri bertambah beringas mengeluar-masukan batangnya dan..

“Aaagghh.. nikmatt.. Verr.. aku.. kkeelluaarr” jerit Andri, air maninya menyembur-nyembur keras didalam mulutku membuatku tersedak, sebagian meluncur ke tenggorokanku sebagian lagi tercecer keluar dari mulutku.

Aku sampai terbatuk-batuk dan meludah-ludah membuang sisa yang masih ada dimulutku. Toni tidak kuhiraukan aku langsung duduk bersandar menutup dadaku dengan bantal sofa.

“Gila Andri.. kira-kira dong” celetukku sambil bersungut-sungut.
“Sorry Ver.. ngga tahan.. abis isepan kamu enak banget” jawab Andri dengan tersenyum.
“Udah Ver jangan marah, kamu masih baru nanti lama lama juga bakal suka” sela Toni seraya mengambilkan aku minum dan membersihkan sisa air mani dari mulutku.

Toni benar, aku sebenarnya tadi menikmati sekali, apalagi melihat mimik Andri saat akan keluar hanya saja semburannya yang membuatku kaget. Toni membujuk dan memelukku dengan lembut sehingga kekesalanku segera surut.

Dikecupnya keningku, hidungku dan bibirku. Kelembutan perlakuannya membuatku lupa dengan kejadian tadi. Kecupan dibibir berubah menjadi lumatan-lumatan yang semakin memanas kami pun saling memagut, lidah Toni menerobos mulutku meliuk-liuk bagai ular, aku terpancing untuk membalasnya.

Ohh.. sungguh luar biasa permainan lidahnya, leher dan telingaku kembali menjadi sasarannya membuatku sulit menahan desahan-desahan kenikmatan yang begitu saja meluncur keluar dari mulutku.

Toni merebahkan tubuhku kembali dilantai beralas karpet, kali ini dadaku dilahapnya puting yang satu dihisap-hisap satunya lagi dipilin-pilin oleh jari-jarinya. Dari dada kiriku tangannya melesat turun ke kewanitaanku, dielus-elusnya kelentit dan bibir kemaluanku. Tubuhku langsung mengeliat-geliat merasakan kenakalan jari-jari Toni.

“Ooohh.. mmppff.. ngghh.. sshh” desisku tak tertahan.
“Teruss.. Tonn.. aakkhh”

Aku menjadi lebih menggila waktu Toni mulai memainkan lagi lidahnya di kemaluanku, seakan kurang lengkap kenikmatan yang kurasakan, kedua tanganku meremas-remas payudaraku sendiri.

“Ssshh.. nikmat Tonn.. mmpphh” desahanku semakin menjadi-jadi.

Tak lama kemudian Toni merayap naik keatas tubuhku, aku berdebar menanti apa yang akan terjadi. Toni membuka lebih lebar kedua kakiku, dan kemudian kurasakan ujung kejantanannya menyentuh mulut kewanitaanku yang sudah basah oleh cairan cinta.

“Aauugghh.. Tonn.. pelann” jeritku lirih, saat kepala kejantanannya melesak masuk kedalam rongga kemaluanku.

Toni menghentikan dorongannya, sesaat ia mendiamkan kepala kemaluannya dalam kehangatan liang kewanitaanku. Kemudian-masih sebatas ujungnya-secara perlahan ia mulai memundur-majukannya. Sesuatu yang aneh segera saja menjalar dari gesekan itu keseluruh tubuhku. Rasa geli, enak dan entah apalagi berbaur ditubuhku membuat pinggulku mengeliat-geliat mengikuti tusukan-tusukan Toni.

“Ooohh.. Tonn.. sshh.. aahh.. enakk Tonn” desahku lirih.

Aku benar-benar tenggelam dalam kenikmatan yang luar biasa akibat gesekan-gesekan di mulut kewanitaanku. Mataku terpejam-pejam kadang kugigit bibir bawahku seraya mendesis.

“Enak.. Ver” tanya Toni berbisik.
“He ehh Tonn.. oohh enakk.. Tonn.. sshh”
“Nikmatin Ver.. nanti lebih enak lagi” bisiknya lagi.
“Ooohh.. Tonn.. ngghh”

Toni terus mengayunkan pinggulnya turun-naik-tetap sebatas ujung kejantanannya-dengan ritme yang semakin cepat. Selagi aku terayun-ayun dalam buaian birahi, tiba-tiba Toni menekan kejantanannya lebih dalam membelah kewanitaanku.

“Auuhh.. sakitt Tonn” jeritku saat kejantanannya merobek selaput daraku, rasanya seperti tersayat silet, Toni menghentikan tekanannya.
“Pertama sedikit sakit Ver.. nanti juga hilang kok sakitnya” bisik Toni seraya menjilat dan menghisap telingaku.

Entah bujukannya atau karena geliat liar lidahnya, yang pasti aku mulai merasakan nikmatnya milik Toni yang keras dan hangat didalam rongga kemaluanku.

Toni kemudian menekan lebih dalam lagi, membenamkan seluruh batang kemaluannya dan mengeluar-masukannya. Gesekan kejantanannya dirongga kewanitaanku menimbulkan sensasi yang luar biasa! Setiap tusukan dan tarikannya membuatku menggelepar-gelepar.

“Ssshh.. ohh.. ahh.. enakk Tonn.. empphh” desahku tak tertahan.
“Ohh.. Verr.. enak banget punya kamu.. oohh” puji Toni diantara lenguhannya.
“Agghh.. terus Tonn.. teruss” aku meracau tak karuan merasakan nikmatnya hujaman-hujaman kejantanan Toni di kemaluanku.

Peluh-peluh birahi mulai menetes membasahi tubuh. Jeritan, desahan dan lenguhan mewarnai pergumulan kami. Menit demi menit kejantanan Toni menebar kenikmatan ditubuhku. Magma birahi semakin menggelegak sampai akhirnya tubuhku tak lagi mampu menahan letupannya.

“Tonii.. oohh.. tekan Tonn.. agghh.. nikmat sekali Tonn” jeritan dan erangan panjang terlepas dari mulutku. Tubuhku mengejang, kupeluk Toni erat-erat, magma birahiku meledak, mengeluarkan cairan kenikmatan yang membanjiri relung-relung kewanitaanku.

Tubuhku terkulai lemas, tapi itu tidak berlangsung lama. Beberapa menit kemudian Toni mulai lagi memacu gairahku, hisapan dan remasan didadaku serta pinggulnya yang berputar kembali membangkitkan birahiku. Lagi-lagi tubuhku dibuat mengelepar-gelepar terayun dalam kenikmatan duniawi. Tubuhku dibolak-balik bagai daging panggang, setiap posisi memberikan sensasi yang berbeda.

Entah berapa kali kewanitaanku berdenyut-denyut mencapai klimaks tapi Toni sepertinya belum ingin berhenti menjarah tubuhku. Selagi posisiku di atas Toni, Andri yang sedari tadi hanya menonton serta merta menghampiri kami, dengan berlutut ia memelukku dari belakang. Leherku dipagutnya seraya kedua tangannya memainkan buah dadaku. Apalagi ketika tangannya mulai bermain-main diklitorisku membuatku menjadi tambah meradang.

Kutengadahkan kepalaku bersandar pada pundak Andri, mulutku yang tak henti-hentinya mengeluarkan desahan dan lenguhan langsung dilumatnya. Pagutan Andri kubalas, kami saling melumat, menghisap dan bertukar lidah. Pinggulku semakin bergoyang berputar, mundur dan maju dengan liarnya. Aku begitu menginginkan kejantanan Toni mengaduk-aduk seluruh isi rongga kewanitaanku yang meminta lebih dan lebih lagi.

“Aaargghh.. Verr.. enak banget.. terus Ver.. goyang terus” erang Toni.

Erangan Toni membuat gejolak birahiku semakin menjadi-jadi, kuremas buah dadaku sendiri yang ditinggalkan tangan Andri.. Ohh aku sungguh menikmati semua ini. Andri yang merasa kurang puas meminta merubah posisi. Toni duduk disofa dengan kaki menjulur dilantai, Akupun merangkak kearah batang kemaluannya.

“Isep Ver” pinta Toni, segera kulumat kejantanannya dengan rakus.
“Ooohh.. enak Ver.. isep terus”

Bersamaan dengan itu kurasakan Andri menggesek-gesek bibir kemaluanku dengan kepala kejantanannya. Tubuhku bergetar hebat, saat batang kemaluan Andri-yang satu setengah kali lebih besar dari milik Toni-dengan perlahan menyeruak menembus bibir kemaluanku dan terbenam didalamnya.

Tusukan-tusukan kejantanan Andri serasa membakar tubuh, birahiku kembali menggeliat keras. Aku menjadi sangat binal merasakan sensasi erotis dua batang kejantanan didalam tubuhku. Batang kemaluan Toni kulumat dengan sangat bernafsu. Kesadaranku hilang sudah naluriku yang menuntun melakukan semua itu.

“Verr.. terus Verr.. gue ngga tahan lagi.. Aaarrgghh” erang Toni.
Aku tahu Toni akan segera menumpahkan cairan kenikmatannya dimulutku, aku lebih siap kali ini. Selang berapa saat kurasakan semburan-semburan hangat sperma Toni.

“Aaagghh.. nikmat banget Verr.. isep teruss.. telan Verr” jerit Toni, lagi-lagi naluriku menuntun agar aku mengikuti permintaan Toni, kuhisap kejantananya yang menyemburkan cairan hangat dan.. kutelan cairan itu. Aneh! Entah karena rasanya, atau sensasi sexual karena melihat Toni yang mencapai klimaks, yang pasti aku sangat menyukai cairan itu. Kulumat terus itu hingga tetes terakhir dan benda keras itu mengecil.. lemas.

Toni beranjak meninggalkan aku dan Andri, sepeninggal Toni aku merasa ada yang kurang. Ahh.. ternyata dikerjai dua pria jauh lebih mengasikkan buatku. Namun hujaman-hujaman kemaluan Andri yang begitu bernafsu dalam posisi \’doggy\’ dapat membuatku kembali merintih-rintih.

Apalagi ditambah dengan elusan-elusan Ibu jarinya dianusku. Bukan hanya itu, setelah diludahi Andri bahkan memasukan Ibu jarinya ke lubang anusku. Sodokan-sodokan dikewanitaanku dan Ibu jarinya dilubang anus membuatku mengerang-erang.

“Ssshh.. engghh.. yang keras Drii.. mmpphh”
“Enak banget Drii.. aahh.. oohh”

Mendengar eranganku Andri tambah bersemangat menggedor kedua lubangku, Ibu jarinya kurasakan tambah dalam menembus anusku, membuatku tambah lupa daratan.

Sedang asiknya menikmati, Andri mencabut kejantanan dan Ibu jarinya.
“Andrii.. kenapa dicabutt” protesku.
“Masukin lagi Dri.. pleasee” pintaku menghiba.

Sebagai jawaban aku hanya merasakan ludah Andri berceceran di lubang anusku, tapi kali ini lebih banyak. Aku masih belum mengerti apa yang akan dilakukannya. Saat Andi mulai menggosok kepala penisnya dilubang anus baru aku sadar apa yang akan dilakukannya.

“Andrii.. pleasee.. jangan disitu” aku menghiba meminta Andri jangan melakukannya.

Andri tidak menggubris, tetap saja digosok-gosokannya, ada rasa geli-geli enak kala ia melakukan hal itu. Dibantu dengan sodokan jarinya dikemaluanku hilang sudah protesku. Tiba-tiba kurasakan kepala kemaluannya sudah menembus anusku. Perlahan namun pasti, sedikit demi sedikit batang kenikmatannya membelah anusku dan tenggelam habis didalamnya.

“Aduhh sakitt Drii.. akhh..!” keluhku pasrah karena rasanya mustahil menghentikan Andri.
“Rileks Ver.. seperti tadi, nanti juga hilang sakitnya” bujuknya seraya mencium punggung dan satu tangannya lagi mengelus-elus klitorisku.

Separuh tubuhku yang tengkurap disofa sedikit membantuku, dengan begitu memudahkan aku untuk mencengram dan mengigit bantal sofa untuk mengurangi rasa sakit. Berangsur-angsur rasa sakit itu hilang, aku bahkan mulai menyukai batang keras Andri yang menyodok-nyodok anusku. Perlahan-lahan perasaan nikmat mulai menjalar disekujur tubuhku.

“Aaahh.. aauuhh.. oohh Drii” erang-erangan birahiku mewarnai setiap sodokan penis Andri yang besar itu. Andri dengan buasnya menghentak-hentakan pinggulnya. Semakin keras Andri menghujamkan kejantananya semakin aku terbuai dalam kenikmatan.

Toni yang sudah pulih dari \’istirahat\’nya tidak ingin hanya menonton, ia kembali bergabung. Membayangkan akan dijarah lagi oleh mereka menaikan tensi gairahku. Atas inisiatif Toni kami pindah kekamar tidur, jantungku berdebar-debar menanti permainan mereka.

Toni merebahkan diri terlentang ditempat tidur dengan kepala beralas bantal, tubuhku ditarik menindihinya. Sambil melumat mulutku-yang segera kubalas dengan bernafsu-ia membuka lebar kedua pahaku dan langsung menancapkan kemaluannya kedalam vaginaku. Andri yang berada dibelakang membuka belahan pantatku dan meludahi lubang anusku.

Menyadari apa yang akan mereka lakukan menimbulkan getaran birahi yang tak terkendali ditubuhku. Sensasi sexual yang luar bisa hebat kurasakan saat kejantanan mereka yang keras mengaduk-aduk rongga kewanitaan dan anusku. Hentakan-hentakan milik mereka dikedua lubangku memberi kenikmatan yang tak terperikan.

Andri yang sudah lelah berlutut meminta merubah posisi, ia mengambil posisi tiduran, tubuhku terlentang diatasnya, kejantanannya tetap berada didalam anusku. Toni langsung membuka lebar-lebar kakiku dan menghujamkan kejantanannya dikemaluanku yang terpampang menganga.

Posisi ini membuatku semakin menggila, karena bukan hanya kedua lubangku yang digarap mereka tapi juga payudaraku. Andri dengan mudahnya memagut leherku dan satu tangannya meremas buah dadaku, Toni melengkapinya dengan menghisap puting buah dadaku satunya. Aku sudah tidak mampu lagi menahan deraan kenikmatan demi kenikmatan yang menghantam sekujur tubuhku.

Hantaman-hantaman Toni yang semakin buas dibarengi sodokan Andri, sungguh tak terperikan rasanya. Hingga akhirnya kurasakan sesuatu didalam kewanitaanku akan meledak, keliaranku menjadi-jadi.

“Aaagghh.. ouuhh.. Tonn.. Drii.. tekaann” jerit dan erangku tak karuan.

Dan tak berapa lama kemudian tubuhku serasa melayang, kucengram pinggul Toni kuat-kuat, kutarik agar batangnya menghujam keras dikemaluanku, seketika semuanya menjadi gelap pekat. Jeritanku, lenguhan dan erangan mereka menjadi satu.

“Aduuhh.. Tonn.. Drii.. nikmat sekalii”
“Aaarrghh.. Verr.. enakk bangeett”

Keduanya menekan dalam-dalam milik mereka, cairan hangat menyembur hampir bersamaan dikedua lubangku. Tubuhku bergetar keras didera kenikmatan yang amat sangat dahsyat, tubuhku mengejang berbarengan dengan hentakan-hentakan dikewanitaanku dan akhirnya kami.. terkulai lemas.

Sepanjang malam tak henti-hentinya kami mengayuh kenikmatan demi kenikmatan sampai akhirnya tubuh kami tidak lagi mampu mendayung. Kami terhempas kedalam mimpi dengan senyum kepuasan. Dihari-hari berikutnya bukan hanya Andri dan Toni yang memberikan kepuasan, tapi juga pria-pria lain yang aku sukai.

Tapi aku tidak pernah bisa meraih kenikmatan bila hanya dengan satu pria.. aku baru akan mencapai kepuasan bila \’dijarah\’ oleh dua atau tiga pria sekaligus. END




Banda Poker – Aku adalah gadis berusia 19 tahun. kawan-kawan mengatakan aku cantik, tinggi 170, kulit putih dengan rambut lurus sebahu. Aku termasuk populer diantara kawan-kawan, pokoknya gaul abis. Namun demikian aku masih mampu menjaga kesucianku sampai..

Suatu saat aku dan enam orang kawan Susi (19), Andra (20), Kelvin (22), Vito (22), Toni (23) dan Andri (20). menghabiskan liburan dengan menginap di villa keluarga Andri di Puncak. Susi walaupun tidak terlalu tinggi (160) memiliki tubuh padat dengan kulit putih, sangat sexy apalagi dengan ukuran payudara 36b-nya, Susi telah berpacaran cukup lama dengan Kelvin.

Diantara kami bertiga Andra yang paling cantik, tubuhnya sangat proporsi tidak heran kalau sang pacar, Vito, sangat tergila-gila dengannya. Sementara aku, Andri dan Toni masih \’jomblo\’. Andri yang berdarah India sebenarnya suka sama aku, dia lumayan ganteng hanya saja bulu-bulu dadanya yang lebat terkadang membuat aku ngeri, karenanya aku hanya menganggap dia tidak lebih dari sekedar teman.

Acara ke Puncak kami mulai dengan \’hang-out\’ disalah satu kafe terkenal di kota kami. Larut malam baru tiba di Puncak dan langsung menyerbu kamar tidur, kami semua tidur dikamar lantai atas. Udara dingin membuatku terbangun dan menyadari hanya Susi yang ada sementara Andra entah kemana. Rasa haus membuatku beranjak menuju dapur untuk mengambil minum.

Sewaktu melewati kamar belakang dilantai bawah, telingaku menangkap suara orang yang sedang bercakap-cakap. Kuintip dari celah pintu yang tidak tertutup rapat, ternyata Vito dan Andra. Niat menegur mereka aku urungkan, karena kulihat mereka sedang berciuman, awalnya kecupan-kecupan lembut yang kemudian berubah menjadi lumatan-lumatan. Keingintahuan akan kelanjutan adegan itu menahan langkahku menuju dapur.

Adegan ciuman itu bertambah \’panas\’ mereka saling memagut dan berguling-gulingan, lidah Vito menjalar bagai bagai ular ketelinga dan leher sementara tangannya menyusup kedalam t-shirt meremas-remas payudara yang menyebabkan Andra mendesah-desah, suaranya desahannya terdengar sangat sensual.

Disibakkannya t-shirt Andra dan lidahnya menjalar dan meliuk-liuk di putingnya, menghisap dan meremas-remas payudara Andra. Setelah itu tangannya mulai merayap kebawah, mengelus-elus bagian sensitif yang tertutup g-string. Vito berusaha membuka penutup terakhir itu, tapi sepertinya Andra keberatan. Lamat-lamat kudengan pembicaraan mereka.

“Jangan To” tolak Andra.
“Kenapa sayang” tanya Vito.
“Aku belum pernah.. gituan”
“Makanya dicoba sayang” bujuk Vito.
“Takut To” Andra beralasan.

“Ngga apa-apa kok” lanjut Vito membujuk
“Tapi To”
“Gini deh”, potong Vito, “Aku cium aja, kalau kamu ngga suka kita berhenti”
“Janji ya To” sahut Andra ingin meyakinkan.
“Janji” Vito meyakinkan Andra.

Vito tidak membuang-buang waktu, ia membuka t-shirt dan celana pendeknya dan kembali menikmati bukit kenikmatan Andra yang indah itu, perlahan mulutnya merayap makin kebawah.. kebawah.. dan kebawah. Ia mengecup-ngecup gundukan diantara paha sekaligus menarik turun g-string Andra. Dengan hati-hati Vito membuka kedua paha Andra dan mulai mengecup kewanitaannya disertai jilatan-jilatan. Tubuh Andra bergetar merasakan lidah Vito.

“Agghh.. To.. oohh.. enakk.. Too”

Mendengar desahan Andra, Vito semakin menjadi-jadi, ia bahkan menghisap-hisap kewanitaan Andra dan meremas-remas payudaranya dengan liar. Hentakan-hentakan birahi sepertinya telah menguasai Andra, tubuhnya menggelinjang keras disertai desahan dan erangan yang tidak berkeputusan, tangannya mengusap-usap dan menarik-narik rambut Vito, seakan tidak ingin melepaskan kenikmatan yang ia rasakan.

Andra semakin membuka lebar kedua kakinya agar memudahkan mulut Vito melahap kewanitaannya. Kepalanya mengeleng kekiri-kekanan, tangannya menggapai-gapai, semua yang diraih dicengramnya kuat-kuat. Andra sudah tenggelam dan setiap detik belalu semakin dalam ia menuju ke dasar lautan birahi.

Vito tahu persis apa yang harus dilakukan selanjutnya, ia membuka CDnya dan merangkak naik keatas tubuh Andra. Mereka bergumul dalam ketelanjangan yang berbalut birahi. Sesekali Vito di atas sesekali dibawah disertai gerakan erotis pinggulnya, Andra tidak tinggal diam ia melakukan juga yang sama.

Kemaluan mereka saling beradu, menggesek, dan menekan-nekan. Melihat itu semua membuat degup jantung berdetak kencang dan bagian-bagian sensitif di tubuhku mengeras.. Aku mulai terjangkit virus birahi mereka.

Vito kemudian mengangkat tubuhnya yang ditopang satu tangan, sementara tangan lain memegang kejantannya. Vito mengarahkan kejantanannya keselah-selah paha Anggie. “Jangan To, katanya cuma cium aja” sergah Andra.

“Rileks An” bujuk Vito, sambil mengosok-gosok ujung penisnya di kewanitaan Andra.
“Tapi.. To.. oohh.. aahh” protes Andra tenggelam dalam desahannya sendiri.
“Nikmatin aja An”
“Ehh.. akkhh.. mpphh” Andra semakin mendesah
“Gitu An.. rileks.. nanti lebih enak lagi”
“He eh To.. eesshh”
“Enak An..?”
“Ehh.. enaakk To”

Aku benar-benar ternganga dibuatnya. Seumur hidup belum pernah aku melihat milik pria yang sebenarnya, apalagi adegan \’live\’ seperti itu.

Tidak ada lagi protes apalagi penolakan hanya desahan kenikmatan Andra yang terdengar.
“Aku masukin ya An” pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban.
Vito langsung menekan pinggulnya, ujung kejantanannya tenggelam dalam kewanitaan Andra.
“Aakhh.. To.. eengghh” erang Andra cukup keras, membuat bulu-bulu ditubuhku meremang mendengarnya.

Vito lebih merunduk lagi dengan sikut menahan badan, perlahan pinggulnya bergerak turun naik serta mulutnya dengan rakus melumat payudara Andra.

“Teruss.. Too.. enak banget.. ohh.. isep yang kerass sayangg” Andra meracau.
“Aku suka sekali payudara kamu An.. mmhh”
“Aku juga suka kamu isep To.. ahh” Andra menyorongkan dadanya membuat Vito bertambah mudah melumatnya.

Bukan hanya Andra yang terayun-ayun gelombang birahi, aku yang melihat semua itu turut hanyut dibuatnya. Tanpa sadar aku mulai meremas-remas payudara dan memainkan putingku sendiri, membuat mataku terpejam-pejam merasakan nikmatnya.

Vito tahu Andra sudah pada situasi \’point of no return\’, ia merebahkan badannya menindih Andra dan memeluknya seraya melumat mulut, leher dan telinga Andra dan.. kulihat Vito menekan pinggulnya, dapat kubayangkan bagaimana kejantanannya melesak masuk ke dalam rongga kenikmatan Andra.

“Auuwww.. To.. sakiitt” jerit Andra.
“Stop.. stop To”
“Rileks An.. supaya enak nanti” bujuk Vito, sambil terus menekan lebih dalam lagi.
“Sakit To.. pleasee.. jangan diterusin”

Terlambat.. seluruh kejantanan Vito telah terbenam di dalam rongga kenikmatan Andra. Beberapa saat Vito tidak bergerak, ia mengecup-ngecup leher, pundak dan akhirnya payudara Andra kembali jadi bulan-bulanan lidah dan mulutnya.

Perlakuan Vito membuat birahi Andra terusik kembali, ia mulai melenguh dan mendesah-desah, lama kelamaan semakin menjadi-jadi. Bagian belakang tubuh Vito yang mulai dari punggung, pinggang sampai buah pantatnya tak luput dari remasan-remasan tangan Andra.

Vito memahami sekali keadaan Andra, pinggulnya mulai digerakan memutar perlahan sekali tapi mulutnya bertambah ganas melahap gundukan daging Andra yang dihiasi puting kecil kemerah-merahan.

“Uhh.. ohh.. To” desah kenikmatan Andra, kakinya dibuka lebih melebar lagi.
Vito tidak menyia-nyiakan kesempatan ini dipercepat ritme gerakan pinggulnya.

“Agghh.. ohh.. terus Too” Andra meracau merasakan kejantanan Vito yang berputar-putar di kewanitaannya, kepalanya tengadah dengan mata terpejam, pinggulnya turut bergoyang. Merasakan gerakannya mendapat respon Vito tidak ragu lagi untuk menarik-memasukan batang kemaluannya.

“Aaauugghh.. sshh.. Too.. ohh.. Too” Andra tak kuasa lagi menahan luapan kenikmatan yang keluar begitu saya dari mulutnya.

Pinggul Vito yang turun naik dan kaki Andra yang terbuka lebar membuat darahku berdesir, menimbulkan denyut-denyut di bagian sensitifku, kumasukan tangan kiri kebalik celana pendek dan CD. Tubuhku bergetar begitu jari-jemariku meraba-raba kewanitaanku.

“Ssshh.. sshh” desisku tertahan manakala jari tengahku menyentuh bibir kemaluanku yang sudah basah, sesaat \’life show\’ Vito dan Andra terlupakan. Kesadaranku kembali begitu mendengar pekikan Andra.

“Adduuhh.. Too.. nikmat sekalii” Andra terbuai dalam birahinya yang menggebu-gebu.
“Nikmati An.. nikmati sepuas-puasnya”
“Ssshh.. ahh.. ohh.. ennaak Too”
“Punya kamu enaakk sekalii An.. uugghh”
“Ohh.. Too.. aku sayang kamu.. sshh” desah Andra seraya memeluk, pujian Vito rupanya membuat Andra lebih agresif, pantatnya bergoyang mengikuti irama hentakan-hentakan turun-naik pantat Vito.

“Enaak An.. terus goyang.. uhh.. eenngghh” merasakan goyangan Andra Vito semakin mempercepat hujaman-hujaman kejantanannya.
“Ahh.. aahh.. Too.. teruss.. sayaang” pekik Andra.
Semakin liar keduanya bergumul, keringat kenikmatan membanjir menyelimuti tubuh mereka.

“Too.. tekan sayangg.. uuhh.. aku mau ke.. kelu.. aarrghh” erang Andra.
Vito menekan pantatnya dalam-dalam dan tubuh keduanya pun mengejang. Gema erangan kenikmatan mereka memenuhi seantero kamar dan kemudian keduanya.. terkulai lemas.

Dikamar aku gelisah mengingat-ingat kejadian yang baru saja kulihat, bayang-bayang Vito menyetubuhi Andra begitu menguasai pikiranku. Tak kuasa aku menahan tanganku untuk kembali mengusap-usap seluruh bagian sensitif di tubuhku namun keberadaan Susi sangat mengganggu, menjelang ayam berkokok barulah mataku terpejam. Dalam mimpi adegan itu muncul kembali hanya saja bukan Andra yang sedang disetubuhi Vito tetapi diriku.

Jam 10.00 pagi harinya kami jalan-jalan menghirup udara puncak, sekalian membeli makanan dan cemilan sementara Susi dan Kelvin menunggu villa. Belum lagi 15 menit meninggalkan villa perutku tiba-tiba mulas, aku mencoba untuk bertahan, tidak berhasil, bergegas aku kembali ke villa.

Selesai dari kamar mandi aku mencari Susi dan Kelvin, rupanya mereka sedang di ruang TV dalam keadaan.. bugil. Lagi-lagi aku mendapat suguhan \’live show\’ yang spektakuler. Tubuh Susi setengah melonjor di sofa dengan kaki menapak kelantai, Kelvin berlutut dilantai dengan badan berada diantara kedua kaki Susi, Mulutnya mengulum-ngulum kewanitaan Susi, tak lama kemudian Kelvin meletakan kedua tungkai kaki Susi dibahunya dan kembali menyantap \’segitiga venus\’ yang semakin terpampang dimukanya. Tak ayal lagi Susi berkelojotan diperlakukan seperti itu.

“Ssshh.. sshh.. aahh” desis Susi.
“Oohh.. Kel.. nikmat sekalii.. sayang”
“Gigit.. Kel.. pleasee.. gigitt”
“Auuwww.. pelan sayang gigitnyaa”

Melengkapi kenikmatan yang sedang melanda dirinya satu tangan Susi mencengkram kepala Kelvin, tangan lainnya meremas-remas payudara 36b-nya sendiri serta memilin putingnya.

Beberapa saat kemudian mereka berganti posisi, Susi yang berlutut di lantai, mulutnya mengulum kejantanan Kelvin, kepalanya turun naik, tangannya mengocok-ngocok batang kenikmatan itu, sekali-kali dijilatnya bagai menikmati es krim. Setiap gerakan kepala Susi sepertinya memberikan sensasi yang luar biasa bagi Kelvin.

“Aaahh.. aauugghh.. teruss sayangg” desah Kelvin.
“Ohh.. sayangg.. enakk sekalii”
Suara desahan dan erangan membuat Susi tambah bernafsu melumat kejantanan Kelvin.
“Ohh.. Susii.. ngga tahann.. masukin sayangg” pinta Kelvin.

Susi menyudahi lumatannya dan beranjak keatas, berlutut disofa dengan pinggul Kelvin berada diantara pahanya, tangannya menggapai batang kenikmatan Kelvin, diarahkan kemulut kewanitaannya dan dibenamkan. “Aaagghh” keduanya melenguh panjang merasakan kenikmatan gesekan pada bagian sensitif mereka masing-masing.

Dengan kedua tangan berpangku pada pahanya Susi mulai menggerakan pinggulnya mundur maju, karuan saja Kelvin mengeliat-geliat merasakan batangnya diurut-urut oleh kewanitaan Susi. Sebaliknya, milik Kelvin yang menegang keras dirasakan oleh Susi mengoyak-ngoyak dinding dan lorong kenikmatannya. Suara desahan, desisan dan lenguhan saling bersaut manakala kedua insan itu sedang dirasuk kenikmatan duniawi.

Tontonan itu membuat aku tidak dapat menahan keinginanku untuk meraba-raba2 sekujur tubuhku, rasa gatal begitu merasuk kedalam kemaluanku. Kutinggalkan \’live show\’ bergegas menuju kamar, kulampiaskan birahiku dengan mengesek-gesekan bantal di kewanitaanku. Merasa tidak puas kusingkap rok miniku, kuselipkan tanganku kedalam CD-ku membelai-belai bulu-bulu tipis di permukaan kewanitaanku dan.. akhirnya menyentuh klitorisku.

“Aaahh.. sshh.. eehh” desahku merasakan nikmatnya elusan-elusanku sendiri, jariku merayap tak terkendali ke bibir kemaluanku, membuka belahannya dan bermain-main ditempat yang mulai basah dengan cairan pelancar, manakala kenikmatan semakin membalut diriku tiba-tiba pintu terbuka.. Susi! masih dengan pakaian kusut menerobos masuk, untung aku masih memeluk bantal, sehingga kegiatan tanganku tidak terlihat olehnya.

“Ehh Ver.. kok ada disini, bukannya tadi ikut yang lain?” sapa Susi terkejut.
“Iya Si.. balik lagi.. perut mules”
“Aku suruh Kelvin beli obat ya”
“Ngga usah Si.. udah baikan kok”
“Yakin Ver?”

“Iya ngga apa-apa kok” jawabku meyakinkan Susi yang kemudian kembali ke ruang tengah setelah mengambil yang dibutuhkannya. Sirna sudah birahiku karena rasa kaget. BERSAMBUNG




Sunday, July 3, 2016

BANDAR POKER - Kenangan Indah Di Bus Super Eksekutif - Hujan turun demikian derasnya, Jakarta kembali kebanjiran akibatnya macet dimana mana. Jam baru menunjukkan pukul 15:20, antrian di depan pintu toll Rawamangun sudah hampir mencapai lampu merah Hutan kayu. Tdk ada lagi yg dapat aku lakukan untuk keluar dari lingkaran kemacetan ini, karena posisi mobilku sudah ditengah, kiri kanan.. Kena, begitu juga depan dan belakang.




Persis diantrian sebelah kiri kulihat seorang gadis dengan rambut dikepang 2 memandangi kemacetan dengan senyum dikulum. Mungkin bagi dia tdk ada yg perlu dipermasalahkan, tinggal duduk enak dikursi bus yg empuk sambil menikmati musik dan menonton taygan video. Lain halnya dengan aku yg harus terus menerus menginjak kopleng dan rem serta stress takut bersenggolan dengan kendaraan lain, betul betul capek lahir bathin.

Jakarta-Pekanbaru PP, demikian yg tertulis dikaca depan bus tersebut. Ini adalah salah satu bus terbaik yg masih setia melayani trayeknya walaupun terus menerus digempur dengan tarif super murah oleh perusahaan penerbangan. Dengan sedikit mengangkat kepala aku dapat melihat keseluruhan dari bus tersebut, warnanya kombinasi kuning, hijau dan dipermanis dengan garis garis warna ungu dibahagian belakangnya. Isinya hanya 6 orang, berarti 3 awak bus plus 3 penumpangnya.

Sungguh saat ini adalah masa masa sulit buat pengusaha bus jarak jauh, apalagi dengan trayek dari Jakarta ke kota kota di pulau Sumatera. Harga tiket pesawat adakalanya lebih rendah dari pada harga karcis bus executive. Tdk cukup dengan derita itu saja, jalan jalan disepanjang lintas Sumatra kondisinya betul betul menggenaskan. Kita tdk bisa lagi memilih” Jalan mana yg akan ditempuh, tetapi mesti memilih lobang mana yg akan dimasuki” yg tersisa bukan lagi jalan tetapi lobang yg sambung menyambung dengan panjang ribuan kilometer.

Sorry nglantur..!, bus dan gadis tersebut tiba tiba mengusik kenangan lamaku dengan seorang gadis dari Pekanbaru. Apalagi dari station FM yg kustel sebagai penghilang jemu, berkumandang lagu lama” When a man love a woman” oleh Michael Bolton. Lengkaplah sudah pemicu layar kenangan tersebut, semua tiba tiba tergambar dengan jelas di depan mata. Kejadiannya terjadi beberapa tahun yg lalu, waktu itu musim kemarau sedang berada dipuncaknya. Disepanjang pulau Kalimantan dan pulau Sumatera terjadi kebakaran hutan yg maha hebat.
Asap menyelimuti hampir sepertiga dari wilayah Indonesia malah sampai menyeberangi selat Melaka, dengan menutup rata Singapura serta membuat hilangnya cahaya matahari di beberapa negara bahagian di Malaysia. Pelabuhan udara Sultan Syarief Kasim, Pekanbaru sudah 1 mingu ditutup karena jarak pandang yg hanya beberapa meter saja. Jangankan buat pilot pesawat yg butuh jarak pandang yg jauh, para pengemudi kendaraan bermotorpun sudah sangat kesulitan untuk melaju dengan aman di jalan raya.

Aku baru saja menyelesaikan tugas di salah satu perusahaan minyak di Duri dan harus segera kembali ke Jakarta, tdk ada kamus menunggu dalam pelaksaan tugas dari kantorku. Apa boleh buat aku mesti kembali dengan menumpang bus antar Kota dan antar Propinsi. Aku sudah membayangkan ketdknyamanan yg akan dialami selama lebih kurang 36 jam diatas bus dengan menelusuri jalan lintas sumatera sepanjang 1350 km dan melintasi 4 propinsi di lintas tengah. Tetapi rupanya bayangan tdklah selalu sejalan dengan kenyataan.

Jam 2 siang aku tiba di loket sebuah perusahaan bus jarak jauh yg direkomendasikan oleh salah seorang teman sebagai salah satu perusahaan bus yg memiliki armada dan pelayanan terbaik di Indonesia. Begitu memasuki loket aku mulai ragu” masih ada tempat nggak” aku bergumam dalam hati, soalnya penumpang sudah begitu ramainya, maklum disamping karena bandara ditutup, hari itu juga bertepatan dengan hari pertama libur sekolah secara nasional.. Semua bangku diruang tunggu penuh terisi. Disetiap sudut terlihat koper dan kardus yg berisikan barang bawaan calon penumpang semrawut, bergeletakan dan membuat kaki sulit dilangkahkan.

“Abang mau kemana bang,” suara lembut petugas loket menyambut kedatanganku.
Dia duduk dibelakang meja panjang yg berbentuk siku siku, sehingga sekaligus menjadi pemisah antara petugas dengan para penumpang.
“Ke Jakarta dik, masih ada tempat nggak,” aku menjawab sambil melirik belahan bajunnya yg sedikit terbuka.
Persis di payudara kirinya tertulis namanya ‘Sulistyowati’. Dik Sulis ini berwajah asli solo dengan kulit kuning langsat dan sangat serasi dengan seragam yg dia pakai yaitu kombinasi hijau, kuning dan ungu.
“Wah.. Abang sungguh beruntung”
“Maksudnya..”
“Tuh.. Ibu itu baru saja membatalkan keberangkatannya, kalau tdk, Abang kena menunggu tiga hari untuk dapat tiket,” dia berkata sambil menujuk pada seorang Ibu yg baru saja lewat disampingku.

“Oh.. Terimakasih Dik Sulis,” aku berkata sambil lebih mebungkukkan badan untuk dapat lebih jelas melihat belahan bajunya.
Wouw dia punya payudara cukup subur, mungkin 36B kali.
“Nih tiketnya bang,” dia menyerahkan tiket sambil menyebutkan ongkos yg mesti kubayar.
Cukup mahal memang, tetapi dibandingkan dengan tarif pesawat harganya tdklah sampai tiga puluh persennya. Aku segera membayar harga tiket dan berlalu untuk mecari tempat duduk. Kulepaskan pandangan kesekeliling ruangan, tetapi semua bangku penuh, dan orang orang yg berdiri justru lebih banyak dari yg kebagian tempat duduk. Dalam hati aku berkata,
“Aduh.. Ini baru jam setengah tiga sedangkan jadwal busku jam empat, berdiri 1 jam setengah lumayan juga” Aku mengoyg goygkan kaki sambil mengamati tiketku.

Rupanya bus yg akan kutumpangi betul betul bus yg istimewa. Mereka menamakannya bus” Super Executive”. Sebuah sebutan yg pantas menurutku. Di jajaran sebelah kiri hanya ada satu tempat duduk berjejer kebelakang sedangkan disebelah kanan terdiri dari dua buah tempat duduk. Bangku bangkunya dilengkapi dengan foot leg dan berbusa empuk persis seperti kursi executive class di pesawat.
Di antara sisi tempat duduk dan kaca jendela dijepitkan beberapa bantal kecil berwarna biru muda. Disandaran kepala terdapat selimut hangat dengan warna mirip bendera Italy, merah, putih dan hijau. Persis diatas kepala terdapat dua buah ventilasi ac yg dapat dirubah baik volume maupun arah semprotannya. Melengkapi itu semua adalah sebuah TV 17 inchi tergantung diplatfon disebelah kiri pengemudi, sehingga memungkinkan semua penumpang melihatnya dengan jelas.

Audionya keluaran salah satu pabrik di Jerman, suaranya jernih dan lembut karena dilengkapi dengan subwoover.
Dibelakang tersedia sebuah toilet yg dilengkapi dengan tissue, air, gayung dan sebuah cermin kecil didindingnya, tetapi ini ‘Hanya Untuk Buang Air Kecil’ demikian sederet tulisan di depan pintu masuk. Tak lupa mereka juga memanjakan para perokok dengan menyediakan ruang khusus untuk merokok atau smoking area.

“Para penumpang jurusan Jakarta, Bogor, Bandung dan Surabaya dipersilahkan menaiki kendaraan, karena bus anda akan segera diberangkatkan” Lamunanku terputus dikejutkan oleh suara halus dari pengeras suara dan aku bergegas meninggalkan foto besar yg memamerkan interior bus yg tergantung didinding. Tiba tiba semua penumpang berdiri serentak dan suara suara yg keluar dari mulut mereka sungguh beraneka ragam.

“Oi capeklah baok barang tu.. A” Itu pasti orang Minang, yg populasinya didaerah Riau cukup besar.
“Wes sampeyan naek dulu..” Ini kayaknya dari Surabaya, orangnya kalem berjaket kulit warna hitam, sedangkan temannya memakai kaos warna hijau Persebaya dengan dua gigi emas yg sangat menonjol.

“Tos.. Teteh naik di payun atuh,” nggak salah lagi urang Sunda, mungkin mau ke Bandung.
Aku yg tadinya mau buru buru naik ke atas bus jadi terkesima melihat kesibukan mereka. Ada yg bersalaman, berangkulan dan ada yg saling menggeserkan pipi mereka, bersalaman gaya Arab.. “Silahkan Bang” Si Sulis tersenyum sambil merentangkan tangannya.. Aku melangkah naik ke atas bus dengan menginjak keranjang plastik tempat teh botol sebagai alat bantu untuk mencapai tangga utama yg cukup tinggi.
Dalam hati aku bertanya,”Tempat dudukku nomor berapa ya” memang dari tadi aku tdk sempat mencek hal itu. Rupanya aku harus duduk di kursi no. 4C, berarti deretan ke empat dari depan berada disisi sebelah kanan atau bangku dua dua dan persis dipinggir jendela. Wah kebetulan ini adalah tempat duduk favouritku kalau naik bus, karena dengan duduk disamping jendela aku bisa melepaskan pandangan kesegala arah sehingga perjalanan tdk terlalu membosankan. Aku meletakkan tas ku dirak tepat diatas kepala dan memasukkan beberapa koran serta majalah ke dalam kantong pada bagian belakang, bangku depan.

“Bapak bapak dan Ibu ibu selamat datang di atas bus super executive kami, dan semoga perjalanan anda selamat sampai ditujuan”. Sulis si cewek bertetek besar memberikan kata sambutan persis kayak pramugari dipesawat.
“Bus ini dilengkapi dengan AC, karena itu kami minta anda yg merokok untuk hanya menikmati rokoknya di smoking area yg telah kami sediakan.” Wah.. Si Sulis kembali melanjutkan kata pengantarnya sambil berjalan pelan ke arah tempat dudukku.
“Dibelakang juga tersedia toilet tetapi hanya dipergunakan untuk buang air kecil saja, kecuali jika anda semua sepakat untuk bersama sama menikmati bau e e..” Sulis tdk melanjutkan kalimatnya karena hampir semua penumpang tertawa terbahak bahak.

“A.. Indak do, indak talok dek awak manahan baun nyo do” Ibu ibu dibelakangku memberikan komentarnya dalam bahasa Minang.
“Baiklah para penumpang sekalian, terimakasih atas pilihan anda terhadap armada kami dan selamat jalan” Sulis segera meminta tanda tangan pengemudi sebagai pengesahan surat jalan dan meberikan beberapa copynya kepada kondektur untuk disimpan, kemudian dia menghadiahkan sejumput senyum manis ke arahku sambil melambaikan tangannya.

“Oh.. Sulis, seandainya aku punya sedikit waktu untuk bisa menginap di Pekanbaru, maka aku yakin kesuburan gunung payudaramu akan dapat kudaki, tetapi.. Yah.. Pekerjaan tdk mengenal waktu untuk menunggu” Setelah kondektur bus selesai membagikan snack, kendaraan mulai bergerak menuju Jakarta dan kulihat jam tanganku persis menunjukkan pukul 4 sore. Wah..
Aku salut atas cara kerja yg profesional dari segenap crew dan pengurus bus, yg dapat mengalahkan perusahaan penerbangan dalam soal tepat waktu keberangkatan. Lho ada yg aneh kok bangku disebelahku no. 4B masih kosong!!

“Bang ini bangku kosong ya” aku bertanya ke kondektur bus yg berseragam ungu kombinasi hijau.
“Tdklah bang, mana ada tempat kosong sekarang ini, kayaknya penumpang pesawat tumplek semua kesini, apalagi kan libur sekolah!” dia berkata sambil membetulkan letak barang barang bawaan penumpang agar tdk terjatuh selama dalam perjalanan.
“Tapi.. Ini kosong kok” aku penasaran sambil menepuk nepuk bangku tersebut dengan tangan kiriku.
“Penumpangnya naik di Teratak Buluh” (nama sebuah kampung diluar kota Pekanbaru)

“Oh..” Aku terdiam sambil mengamati deretan toko toko yg berlalu satu persatu seiring dengan kecepatan bus yg makin meningkat.
Pekanbaru, ibukota propinsi Riau memang berkembang dengan pesatnya, maklum dengan kandungan minyak serta gas alam yg melimpah dan potensi hutan yg kaya dengan kayu untuk industri, maka tak heran bangunan bangunan baru seperti kantor pemerintah, ruko dan malah plaza plaza bermunculan dimana mana. Apalagi saat ini perkebunan kelapa sawit dalam skala besar sudah mulai menghasilkan minyak yg pada dasarnya juga akan ikut menaikkan PAD daerah dan memperkuat daya beli masyarakat.

Tetapi satu hal yg selalu menghantui fikiranku adalah” Apakah warga Pekanbaru asli akan bernasib sama dengan saudaranya orang Betawi yg tdk bisa menjadi tuan di tempat kelahirannya sendiri” Semoga tdk demikian, karena factor budaya dan adat istiadat meraka sangat berbeda, sehingga cara pandang mereka terhadap para pendatang juga sangat berbeda.

“When a man love a woman” alunan lembut suara serak Michael Bolton membuat fikir ku merasa rileks, apalagi didukung oleh tempat duduk yg sangat nyaman. Kurebahkan sandaran bangku kebelakang, foot leg kunaikkan selimut segera kututupkan kekaki karena dinginnya ac mulai terasa dan bantal kecil kupeluk buat menghangatkan bagian perut yg terasa kembung diterpa udara dingin Wah aku betul betul surprise, nggak nygka kalau ada bus yg demikian bagusnya, sehingga tempat duduknya bisa dirubah menjadi tempat tidur yg cukup memadai buat ditempati selama 36 jam kedepan.

Pelan tetapi pasti, seiring alunan lagu dan buaiyan lenggak lenggok bus dalam menapaki setiap tikungan maka mataku mulai berat “Tidur.. Ah..” Aku nggak bisa ceritakan seperti apa aku tidur waktu itu.. He he he, yg pasti tidurku begitu nyenyaknya sehingga sama sekali aku tdk menyadari kalau disampingku sekarang telah duduk seorang gadis cantik yg rupanya naik di Teratak Buluh.
“Maaf Bang kalau tidurnya terganggu”

“Oh.. Nggak” Aku bangun sambil memastikan tdk ada setetes ilerpun yg tak terkontrol sehingga keluar melampaui garis bibir dan dengan ujung telunjuk kubersihkan taik mata yg mungkin nongol disudut sudut mata.
Syukur kali ini aku nggak tidur ngiler dan juga nggak ada taik mata, berarti tubuhku masih bisa menjaga martabat tuannya di depan seorang gadis cantik yg belum kukenal. Kalaulah tadi aku tidur ngiler dan bangun dengan mata penuh dengan ampas airmata, waduh.. ajegile, tentu sigadis disebelah akan hilang selera buat kuajak berkenalan dan alangkah ruginya kalau sepanjang perjalanan 1350 km cuma bengong dan tidur aja.

“Wah jam berapa ini” Aku bertanya pada sendiri sambil melihat jam tangan, ternyata aku tertidur selama dua jam limabelas menit.
“Sekarang sudah jam enam sperempat bang” Gadis disebelahku berbaik hati memberi tahu sambil memandang dengan matanya yg teduh.
“Oh iya, saya kurang tidur semalam dan perjalanan dari Duri ke Pekanbaru sangat melelahkan karena ac mobilnya mati”
Aku memberikan sedikit keterangan tanpa peduli dia butuh atau tdk, hitung hitung balas jasalah karena dia sepertinya memberi perhatian sama aku.

“Pantas tidur abang lelap sekali”
“Oh iya.. Nama saya Dodo, Dodo Djauhari” aku megulurkan tangan untuk berkenalan
“Saya Rostiana, abang boleh panggil Ina saja” Kami berjabatan tangan, tiba tiba bus menikung kekiri dalam kecepatan yg cukup tinggi akibatnya tubuh Ina terdorong ke arah ku, untung pembatas jok antara kami masih terpasang sehingga hanya kepalanya yg jatuh dalam dekapanku.

Rambutnya hitam mengkilap dan menebarkan aroma khas yg memicu mesiu syahwat untuk menggerakkan jiwa dan vital kelelakianku agar bangkit dari tidurnya. Rambut itu begitu terawat, panjangnya hampir mencapai pingul, tetapi dijalin dua ala gadis tahun enampulahan.
“Oh.. Alangkah indahnya kalau rambut itu dibiarkan tergerai bebas dipunggung putih telanjang,” pikiran ngeresku mulai keluar. Kami sama sama tertawa.

“Ha ha.. Ina, sebaiknya pembatas ini kita angkat aja ya, agar bukan hanya kepala Ina yg bisa abang peluk!” Aku menggodanya sambil mendorong pelan tangannya agar dia bisa duduk dengan benar.
“Wah enak di abang nggak enak di Ina dong” Dia menanggapi godaanku sambil tersenyum.
“Tapi kalau abang berjanji nggak macam-macam, ok lah kita akan angkat pembatas ini.
“Abang janji lah.. Dek, abang tak akan macam macam,” aku sengaja mengucapkan kata kata dek agar mendapat kesan lebih intim.
“Kalau begitu abang akat lah.. Masak Ina pula yg mesti angkat! logat Melayunya masih cukup kental.” Aku mengangkat balok busa yg memisahkan kursi kami berdua.
“Nah sekarang bangku kita jadi lebih lega kan”
“Betul bang.. Tapi abang sudah janjikan tdk akan macam- macam”
“Abang nih orang baik baik dek, pasti abang nggak bakalan macam macam, karena abang suka yg manis manis”. Ina tertawa keras sekali, dia merasa lucu dengan kata kataku yg sebetulnya nggak nyambung, tapi pengertiannya benar.
Sebagian orang di pulau Sumatera menyebut rasa asam dengan macam.
“Oh.. Jadi abang tuh sukakan manisan ya!”
“Nggak juga.. Abang hanya suka gadis manis seperti dek Ina..” Rudal rayuan mulai kulepas, dengan sasaran lubuk hati dan benteng cinta si Ina.

Melihat gelagat dan cara penerimaan dan sikapnya yg lepas bebas begitu, aku yakin tinggal dalam hitungan jam kedepan aku akan berhasil mengakuisisi gadis manis ini.
“Sudah.. Mulai tuh merayu”. Dia berkata sambil melirik, wah.. Mata itu begitu bening dan teduh, aku berkata dalam hati, pasti akan sangat menyenangkan melihat mata itu dikala pemiliknya mulai horny.
Sayu, teduh dan mengisyaratkan kepasrahan serta kenikmatan surgawi yg ingin segera dia reguk.

“Tdk.. Yg abang katakan benar adanya, kamu memang manis dan cantik kok”
“Ina tahu.. Lelaki tuh kalau sudah merayu pasti ada maunya”
“So pasti itu..”
“Terus terang aja Abang tuh maukan apa”
“Begini dek Ina, abang tadi dari Duri jam 11 pagi, karena buru buru abang minta sopir taksi untuk lansung tancap gas ke Pekanbaru.”
“Sudah.. Jangan berbelit belit gitu lah, terus terang aja” Tanpa sengaja tangannya menepuk pahaku, oh.. Tangan itu begitu halus membuat aku ingin ditepuk beribu kali lagi.
“Jadi abang tdk sempat makan siang! ha ha ha” Ina tertawa berderai sambil menutupi mukanya dengan kedua belah tangannya.
“Ina tahu sudah maksud abang, abang hendakkan kueh nih kan”
“Semoga Tuhan memberikan hidayahNya kepada orang orang yg mau memberikan makanan, ketika orang lain sedang lapar.. Amin” Aku berpura pura berdoa sambil membentangkan kedua telapak tanganku.

“Wah menyenangkan sekali punya teman perjalanan seperti abang Dodo nih, kocak rupanya” Ina tersenyum sambil memberikan sepotong bolu gulung dengan selai nanas, yg aku rasa begitu nikmatnya,
“Apa karena lapar kali ya!” Hanya dalam hitungan detik bolu tersebut ludes sudah, tapi rupanya Ina betul betul mempersiapkan makanan yg cukup buat melakukan perjalanan jauh, dan seperti bisa membaca jalan fikiranku dia berkata.
“Bang kita nih kan mau menempuh perjalanan hapir dua hari, kalau mobil nih rusak di tengah hutan kemana kita nak cari makan! makanya Ina sudah siapkan rupa rupa penganan nih”.
“Terimakasih Ina,”.. Ya Tuhan kasihilah orang orang yg selalu membawa makanan yg banyak dalam tasnya dan dengan senang hati berbagi dengan orang disebelahnya” aku kembali pura pura berdoa.

“Sudahlah bang, aku sudah tahu abang nih banyak kali akal nya, nih yg terakhir buat cuci mulut.” Ina memberikan sebuah jeruk yg cukup besar dan manis sekali, sepertinya ini adalah jeruk lokal tetapi rasanya begitu segar.
Demikianlah awal perkanalanku dengan Ina, katanya dia baru saja menamatkan sekolahnya disalah satu SLTA di Pekanbaru dan bermaksuk melanjutkan pendidikan disalah satu perguruan tinggi di Jakarta. Tapi aku sedikit ragu dengan apa yg dia bilang. Memang teteknya telah tumbuh dengan sempurna tetapi sikap kekanak kanakannya masih jelas tersisa, begitu juga dengan wajahnya masih begitu polos dan segar layaknya gadis kelas tiga SMP. Hari itu dia hanya mengenakan baju kaos tanpa kerah berwarna putih dan ada strip coklat yg pas melewati kedua bukit indah di dadanya.

Aku bertanya tanya dalam hati, “Kenapa dia tdk pakai celana jean tapi cuma pakai rok hitam setinggi lutut, padahal ac di mobil cukup dingin. Tetapi justru hal tersebut sangat menguntungkan aku beberapa jam kemudian. TV sudah dinyalakan dan kondektur memutar sebuah video yg bercerita tentang hantu didalam sebuah mobil. Ina demikian ketakukan menyaksikan hantu tersebut sehingga tanpa sadar kadang kadang dia memeluk tubuhku. Kesempatan itu tdk kusia sia kan, semakin aku menakut nakuti dia dengan hantu itu semakin erat pula pelukannya.

Pelan tapi pasti siku kiriku mulai merangsek menekan payudara kanannya. Ina seperti tak peduli dengan tanganku, setiap kali hantu itu keluar di layar TV maka dia akan memelukku, dan saat itu pula siku ku dapat menikmati kenyalnya payudara muda miliknya. Belahan dadanya begitu menonjol, karena dia mempunyai perut yg rata dan pinggang yg kecil, tetapi pantatnya bundar dan padat.. Betul betul seksi. cerita sex

Jam demi jam terus berlalu, mungkin karena capek Ina tertidur pulas. Pada awalnya posisi tidurnya masih bersandar dengan mantap di sandaran bangku, tetapi akibat goygan bus ketika melewati tikunungan, pelan pelan kepalanya mulai rebah kekanan dan akhinya mendarat dengan lembut di bahuku. Nafasnya pelan tapi teratur, menandakan tidurnya sudah lelap sekali. Kembali siku kiriku kugeser sedikit demi sedikit agar tepat mengenai ujung lancip payudaranya dan aku menutup mata, pura pura tidur.
Setiap kali mobil terguncang, tekanan siku ku semakin mantap, sehingga dapat kurasakan kehangatan yg mulai menjalari setiap nadiku dan membuat sesuatu bergerak secara otomatis, makin keras, makin keras dan oh.. Penisku sudah bangun. Dengan lembut dan peerllahann.. Sekali kuraih tangan kanannya dan kuletak kan disela sela pahaku. Tangannya yg lembut tepat menimpa kejantananku dan aku terus berdoa agar bus lebih sering masuk lobang lobang kecil yg akan menimbulkan goncangan ketangan Ina, dan penisku bisa merasakan gesekan hangat tangannya.

Tubuh Ina tiba tiba bergerak dan mulutnya mengeluarkan gigauan yg tdk bisa kutangkap maknanya, tetapi tangannya mencengkram seperti mau memegang sesuatu dan oohh”yg dia pegang justru batang penisku yg sudah demikian tegangnya. Aku yakin Ina tdk sadar akan itu semua, tetapi bagaimanapun justru secara tak sengaja dia telah membangkitkan gairah birahiku yg paling dalam. Pantatku mulai kugerakkan turun naik agar batang penisku dapat merasakan sentuhan tangannya walaupun hanya dari balik celana. Oh.. Makin lama semakin keras penisku dan aku mulai merasakan denyutan airbah spermaku mengalir dari zakar menuju batang penis dan terus ohh.. Aku mau keluar.
Tiba tiba aku dikagetkan oleh lampu interior bus menyala serentak membuat suasana jadi terang benderang.

“Istirahat, istirahat, bagi yg mau mandi, sholat dan makan, kami sediakan waktu yg cukup” Dalam hati aku mengumpat,
“Sial.. Sudah mau orgasme jadi.. Terputus deh” Rupanya bus sudah sampai disebuah rumah makan di daerah Gunung Medan.
Ina rupanya terbangun karena silaunya cahaya lampu, mula mula matanya terbuka setengahnya, dia melihat ke arahku tetapi tdk bicara apa apa, sepertinya bengong.

“Hai bangun.. Kita harus makan dulu ntar kelaparan,”aku berkata sambil membelai rambutnya.
Dia kaget melihat posisi tidurnya yg sudah dalam pelukanku dan tangan kanannya masih tetap menekan penisku.
“Wah.. Aku kok jadi gini tidurnya”
“Tadi kamu rebah ke bahuku, aku mau bangunin tapi kulihat kamu nyeyak sekali.. Ya kubiarkan aja, kamu marah..” Aku menerangkan apa yg terjadi, tapi tentu saja tdk semuanya, karena soal siku mendarat di payudara harus ditutup rapat dulu.
“Oh.. Maaf ya bang, Ina jadi membebani Abang”dia menjawab sambil bangkit dan terus mengambil sisir.
Dalam hati aku berkata, “Nggak tahu dia, memang itu yg kuharap”
“Ok mari kita turun, Ina Abang tunggu diruang makan ya.., e.. e.. mandinya jangan lama lama!, busnya cuma berhenti 30 menit”
“Iya bang” Ina berlalu menuju kamar mandi perempuan.


Perjalanan kembali dilanjutkan dengan sopir yg sudah berganti dan kulihat jam di dinding depan bus menunjukkan pukul 11 malam. Udara didalam bus semakin terasa menusuk tulang, padahal ac sudah di set oleh kondektur pada setting minimum. Namun yg pasti setelah makan malam aku dan Ina sudah semakin akrab, malah sewaktu keluar dari rumah makan dia sempat bergelayutan dipundakku. Karena sama sama kedinginan secara reflex kami mulai saling merapatkan tubuh mencari kehangatan.
“Ina nggak bawa jaket,” aku bertanya karena melihat dia sedikit mengigil kedinginan
“Lupa bang.. Padahal tadi sudah ditarok diatas meja, tapi tak apalah kan ada selimut hangat nih, Abang tak kedinginan”
“Sebetulnya dingin sih, Cuma jadi hangat karena duduk disamping Ina”
“Nah.. Jangan macam macam ya.. Kan sudah janji”dia seperti mengancam aku, tetapi justru duduknya semakin merapat. “He he..” Aku hanya menyeringai dan lansung meraih selimut buat menutupi kakiku.

Kulihat Ina juga melakukan hal yg sama, akhirnya selimut tersebut bertaut menjadi satu menutupi bagian bawah tubuh kami. Lampu interior satu demi satu dimatikan, hanya lampu di pintu toilet yg masih menyala. Sungguh suasana yg sangat romantis, ditambah lagi dengan alunan lembut suara penyanyi dari sound sytem mobil ‘When a Man Love a Woman’. Kali ini jalan yg kami tempuh lebih banyak dalam kondisi lurus serta mulus sehingga memuat sang sopir betul betul memaksimalkan kecepatan busnya.
Guncangan dan bantingan sudah jarang terjadi, akibatnya hampir sebagian besar penumpang tertidur dengan pulasnya. Tapi aku nggak bisa tidur, perasaanku begitu gelisah, hangatnya tubuh Ina telah membangkitkan gairahku. Apa yg harus kulakukan, ini didalam bus bukan dihotel! tapi bukanlah laki laki namanya kalau nggak berani mencoba dan berusaha.

“Ina..”
“Ya bang”
“Ina kedinginan ya”
“Iya bang” Oouup! satu kesempatan terbuka sudah, dengan hati hati kuletakkan tanganku diatas pundak kirinya., lalu kutarik pelan tubuhnya sambil berkata.
“Mungking dengan begini Ina akan lebih hangat..”
“Ah.. Abang” Dia seperti enggan kupeluk tetapi juga tdk berusaha untuk menolak, malu malu kucing kali.

Sekarang tubuhnya telah dalam pelukanku, kepalanya bersandar dipundak kiriku, wangi rambutnya kembali membuka pintu syahwat seorang pejantan. Tangan kanannya kuraih dan jemari nya kegenggam dengan erat, Ina diam.. Hanya nafasnya yg terdengar menjadi lebih berat. Kuremas tangan itu dan dia membalasya.. Wow.. Tubuhku seperti dialiri ribuan watt birahi elektrik. Nafasku mulai memburu dan sesuatu diselangkangan mulai mengejang, meregang tegang, akankah dia dapat jatah kepuasan malam ini.
Aku semakin berani, tangannya kuletakkan dipahaku dan dia kurengkuh lebih erat. Aku ingin menciumnya tapi aku mesti plengak plengok dulu. “Ada yg ngintip nggak ya!”. Orang orang disekelilingku ternyata sudah tidur semua, bunyi dengkur mereka bersahut sahutan, ada yg hanya mendesis laksana kobra, ada pula yg mencicit kayak bunyi tikus dan ada pula yg berat menderam seperti bunyi knalpot Honda tiger, atau jangan jangan sudah pada ngiler kali.

Wah kayaknya situasi sudah aman terkendali, sekaranglah saat yg tepat untuk memulai perang gerilya menyusuri bukit, lembah dan hutan lindungnya si Ina. Bahu kanannya kurengkuh lagi, sekarang wajah kami saling berhadapan, desahan nafas saling menghempas dan mata kami bertatapan dalam remang cahaya lampu mobil yg berpapasan.
“Ina.. Kalau Abang minta sesuatu.. Ina mau nggak!” Aku berfikir, kalau menghadapi gadis yg bersifat terbuka seperti si Ina ini, lebih baik menerapkan strategi terus terang daripada terus tembak.

Kalau terus tembak dan dia menolak, celaka lah kita.. Nggak bakal bisa diapa apain lagi. Tapi kalau kita minta dia nggak kasih.. Ya tinggal dirayu aja, toh masih ada waktu 29 jam lagi, masak nggak dapat sih!
“Abang mau minta apa, kue lagi”
“I yya.. Tapi kuenya lain”
“Kue apa yg Abang maksud..!” Dia mengangkat kepala dan sorot matanya demikian seriusnya menanti jawabanku.
“Abang mau kan kue-kue itu tuh..” Aku sengaja menurunkan tangan kananku sehingga menyentuh payudaranya.
“Kue yg mana bang?” Dia lebih mendekatkan wajahnya kemukaku karena penasaran, saking dekatnya aku dapat mencium wangi bedak yg dia pakai, uh.. Libidoku laksana api disiram bensin, berkobar dan makin berkobar, oh akankah dia mau memadamkan gelora api asmara itu.

“Yg ini.. Ah” Aku sengaja mengosokkan tangan kananku kepermukaan kedua payudaranya.
“Tuh kan.. Betul Abang mulai macam macam kan” Dia berkata sambil mengerutkan jidatnya, tapi posisi tubuhnya sama sekali tdk berubah.
Biasa.. Gadis gadis biasanya tdk akan mengatakan ‘mau’ ketika kita minta, hanya feeling sebagai lelakilah yg dapat menentukan dia mau atau menolak! Malam ini sepertinya salah satu malam keberungtungan dalam hidupku, aku tahu dengan pasti bahwa si Ina sudah jatuh dalam pelukanku. Aku makin mendekatkan wajah ku sehingga bibir kami saling bertemu. Kurasakan tubuhnya bergetar, nafasnya mulai sesak dan dia menarik tubuhnya kebelakang menjauhiku.

“Kenapa Ina”!” Aku bertanya untuk menghilangkan kegugupannya
“Nggak papa bang.. Maaf ini baru pertama bibir Ina disentuh laki laki”
“Oh..” Dalam hati aku berkata ‘Hore’ dapat perawan lagi nih.
“Abang juga minta maaf ya” Aku memang minta maaf tapi pelukan semakin kupererat, sekarang bibirnya bukan hanya kusentuh tetapi mulai kukecup dengan lembut.
Mula mula Ina diam saja, bibirnya bergetar tapi masih tertutup rapat. Kusentuhkan ujung lidahku diantara belahan bibirnya yg merah merekah tiba tiba.
“Oohh bang.. Ina” Kata katanya tak terucap karena bibirnya mulai terbuka dan tanpa buang waktu segera kulumat dengan penuh perasaan.
“Bang.. Jangan..”
“Kenapa.. Sayang”
“Malu ntar dilihat orang”
“Kalau nggak ada yg lihat!”
“Ah.. Abang..”
“Ina.. Semua penumpang sudah tidur kok.. Nggak usah kawatir” Kembali bibir kami berpagutan, lidahku segera kuberi tugas untuk melakukan penetrasi ke mulut Ina dan melakukan liukan demi liukan pemancing serta pembangkit nafsu si Ina.

Ina mulai sedikit terangsang, kalau tadi dia cuma diam dan pasrah, sekarang pelan tapi masih malu malu ujung lidahnya terasa melayani lidahku, mereka beradu dan saling melilit, semakin membakar gairah kami. Tanganku mulai turun meraba payudara kanannya, kurasakan hentakan pada tubuh Ina ketika jari jemariku berhasil menyusup diantara branya. Oh.. Teteknya begitu kenyal dan halus.
“Abang.. Jangan.. Bang” Ina mengeluh tanpa membuka matanya, aku tahu dia tdk sungguh sunguh berkata jangan.

Bisa saja yg diamaksud dengan kata jangan adalah ‘jangan berhenti bang’. Dalam keremangan aku menemukan pengait bra si Ina, rupanya bra itu punya pengait dibagian depan. “Bret” Sekali tarik pengait itu lepas dan oh.. dalam keremangan cahaya yg romatis, aku dapat melihat dengan jelas dua bulatan lonjong memanjang, tergantung didada Ina dengan anggunnya. Bajunya segera kusingkap ke atas dan tanpa dapat ditahan lagi bibir ku sudah mendarat diputing susunya.
“Ah.. Abang, jangan.. Bang.. Jangan..” Hanya kata kata itu yg keluar dari mulut Ina ketika teteknya kuremas dan putingnya kuhisap sambil kujilat.

Aku jadi begitu sibuk berpindah dari payudara kiri ke payudara kanan, meremas, membelai, menghisap, memlintir putingnya dan yg terdengar hanya erangan Ina serta bunyi cpet, cput sshh dari mulut ku yg bermain dipermukaan payudara si Ina. Kuangkat kedua selimut kami agar tetap menutupi semua gerakan yg sedang kami lakukan. Mata sayu Ina sekarang semakin sayu dan redup, bebirnya merekah menunggu sergapan cinta birahiku.

Pelan pelan tanganku mulai turun mencari ujung roknya, sambil membelai pahaya rok itu ku sibak sedikit demi sedikit. Ina tdk menyadari kalau tangan ku sudah tiba dipangkal pahanya, karena dia begitu terhanyut oleh nikmatnya hisapan bibirku diputing susunya. Permukaan tanganku sudah dapat merasakan cairan hangat yg menutupi permukaan memeknya. Lembut memek itu kusentuh dengan ujung telunjukku dan,

“Ah.. Abang jangan sentuh itu.. Bang.. Tolong jangan bang”
“Nggak apa apa kok sayang, Abang hanya menyentuhnya nggak lebih kok” Karena kurasakan tdk ada penolakan dari Ina, aku semakin berani menggarap memeknya. Aku meremasnya dengan penuh irama dan dari mulut Ina hanya lenguhan kenikmatan yg dapat kudengar.
“Ah.. Abang nakal sih”
“Iya Abang memang nakal, tapi Ina sukakan..!”
“Ah.. Jangan dibuka Bang, nanti..” Kata katanya terputus karena clitorisnya kusentuh, tubuhnya kembali bergetar hebat dan pinggulnya mulai bergerak mengikuti irama jari jariku dipermukaan memeknya.
Pahanya sedikit kurenggangkan agar memek Ina lebih terbuka. Ina tdk lagi peduli dengan orang orang disekitarnya, erangannya makin lama makin keras terdengar.
“Ina.. suaranya ditahan dikit..”
“Abang sih, nakal..” Dia menjawab sambil melumat habis bibirku.

Jariku mulai menyibak belahan memeknya yg hangat dan terasa licin karena basah. Aku tahu dia masih perawan karena itu aku hanya membiarkan jari telunjukku membujur menutupi lobang memeknya. Sesekali kugerakkan agar dapat menyentuh clitorisnya. Erangan demi erangan lamat lamat terus terdengar dari mulut Ina, tapi sekarang tiba tiba dia diam menahan nafas, tubuhnya mengigil, tangannya erat merangkul pundakku.

“Kenapa Ina,” aku bertanya.
“Bang.. Ina nggak tahan, sepertinya mau pipis, oh.. Enak bang.. Terus.. Sentuh lagi Bang, terus” Aku dapat merasakan kalau Ina sudah mendekati orgasmenya yg pertama, jari jemariku semakin lincah bermain di permukaan memeknya, puting susunya terus kuhisap dan kujilat, sedangkan tangan kiriku tak henti meremas payudara kirinya.
“Oh.. Abang.. Ina.. nggak.. Tahan” Cengkraman tangannya terasa begitu kuat di pundakku, pinggulnya bergoyg hebat, matanya mendelik sehingga hanya putihnya yg kelihatan.

Sementara itu tangan ku basah disirami tetes tetes cairan kenikmatan ketika Ina mencapai klimaksnya. Sekarang dia terdiam dengan nafas yg memburu, kepalanya tersandar didadaku. Gejolak birahiku makin menjadi, sambil menciumi rambut kepangnya aku membuka ruesleting celanaku. Tangan Ina kuraih dan kutuntun agar memegang penisku yg sudah tegang menantang. “Oup” Dia kaget dan geli ketika merasakan gerakan reflek penisku disaat kesentuh tangan halusnya.

“Nggak pa pa.. Ayo” Kembali kutuntun tangannya, kali ini dia berani menggenggam bagian tengah penisku.
“Ina di kocok kocok dong”
“I.. I.. iih.. Ina geli bang” Walupun dia bilang geli tetapi pegangannya tdk lepas dari penisku.
Dia seperti anak kecil dapat mainan baru, sebentar pegangannya erat sebentar dia lepas, sebentar dia mengocok tapi tiba tiba berhenti. Justru cara dia seperti itulah yg membuat nafsuku merasuk sampai ke ubun ubun.
“Oh.. Ina.. Ujungnya dibelai sayang”
“Tapi basah bang”
“Iya.. Basah itu damai ee.. eh.. nikmat sayang”
“Ina pernah lihat orang beginian nggak sebelumnya”

“Pernah Bang hampir tiap hari, soalnya Ibu Ina kawin lagi dan suaminya lebih muda dari Ibu, Ina sering ngintip mereka begituan”
“Mereka ngapain aja In,” kerongkongan ku tiba tiba terasa serak karena ditimpa nikmatnya elusan tangan halus si Ina di ujung penisku.
Aku sengaja mengajak dia ngobrol untuk memperlambat ejakulasiku. Dari tadi hentakan spermaku sudah mulai mengila ingin berlomba menempuh lubang penis dan saling berebut menyembur diujung lobang super nikmatku. Padahal aku ingin lebih lama merasakan nikmatnya sentuhan jari jemari si Ina, dan dengan sedikit memecah konsentrasi kuharap ledakan sperma dapat kuperlambat.

“Ya.. Kadang mereka langsung main aja, bapak tiriku diatas, kadang kadang mereka saling remas remasan dan pernah pula Ina lihat mereka main jilat jilatan.”
“Ah.. jilat jilatan kayak apa In”
“Ibu menghisap punya papa tiriku, dan bapak tiriku menjilat punya Ibu.. Ya begitu”
“Emang bisa.. Punya laki laki dihisap In..” Aku pura pura bego dalam rangka mencapai target berikutnya.
“Bisalah bang, nah kayak gini nih” Ina menundukkan kepalanya diantara kedua pahaku, selimut kembali kutarik sehingga kepala Ina tdk lagi kelihatan dari luar, yg tampak hanya gerakan turun naik dibalik selimut.

Ina mencoba memasukkan semua batang penisku kemulutnya, dia tersedak karena langit langit dan anak lidahnya tertusuk ujung penisku.
“Ina jangan dikulum semuanya, dihisap dan dijilat aja berulang ulang,” aku memberikan petunjuk.
“Euh.. euh..” Dia menjawab tapi nggak jelas karena penisku memenuhi rongga mulutnya, yg pasti dia mengerti dengan apa yg kumaksud.
Kepalanya mulai turun naik, ujung penis ku dihisap berkali kali.
“Ohh Ina. Terus sayang.. terus.. Terus..” Dan tiba tiba kakiku kejang, mataku terpejam, tubuhku terasa melayg dan semprotan itupun terjadilah.

Spermaku kuat menyemprot kedinding mulut si Ina, dia tdk menygka kalau aku akan mengeluarkan cairan itu didalam mulutnya. Dia gelagapan dan..
“Uek.. uek.. Uek..” Ina muntah..!! Cepat kulap mulutnya dengan ujung singletku, sisa sisa sperma yg berserakan diseputar bibirnya kuhapus dengan ujung selimut dan celanaku segera ku kancingkan lagi.
“Oi.. Mabuak dia”.
Ibu-ibu dibelakang bangkuku berdiri mendengar suara Ina yg muntah muntah.
“Ini nih ado kantong assoiy nih ambil, biar nggak berserakan muntahnya.. Apo perlu antimo ndak” Ibu itu begitu baik menawarkan bantuannya.

“Makasih Bu, yg kami butuhkan tissue Bu, ada nggak..”
“Oh.. Ado, nih ambillah” Memang yg kubutuhkan adalah tissue buat pembersih sperma yg tercecer dibaju Ina dan di celanaku.
Orang Ina bukan mabuk darat kok tapi mabuk sperma. Yg dia butuh bukan antimo tapi antihamil. He.. he..
“Bang baunya anyir Bang, nggak mau hilang”
“Ok, sekarang Ina ke toilet aja dan cuci pakai sabun”

“Oh, iya deh bang” Aku merasakan CDku basah berlepotan sperma, yah biarin lah yg penting nikmatnya sudah kuteguk.
Tak lama kemudian bus berhenti di pom bensin buat mengisi bahan bakar. Kulihat jam sudah menunjukkan pukul 3 dinihari dan ini kesempatan untuk membersihkan celana dan burungku yg habis muntah muntah. Menurut kondektur kami telah sampai diperbatasan Propinsi Jambi dan Sumatera Selatan.

Wah.. Sebuah perjalanan yg nyaman, nyaman dalam arti yg sebenarnya karena selama lima jam terakhir yg kami tempuh adalah jalan lurus dan mulus, hanya sesekali ada belokan dan itupun tdk begitu terasa karena pengemudinya begitu trampil mengatur kecepatan sewaktu menempuh tikungan. Nyaman, karena ada si Ina disampingku dan kami sama sama menikmati kebersamaan kami. Saling menghangatkan, saling menerima dan saling meberi apa yg dapat kami nikmati. Perjalanan masih sangat jauh, sekian kota lagi yg mesti kami lewati tetapi karena ada si Ina disampingku perjalanan ini terasa indah dan cepat.

Perjalanan masih sangat jauh, sekian kota lagi yg mesti kami lewati tetapi karena ada si Ina disampingku perjalanan ini terasa indah dan cepat. Tak terasa kami sudah menyebrangi selat Sunda, seharusnya ferry kami langsung merapat tetapi ini sudah hampir 2 jam masih saja terapung apung menunggu giliran sandar. Rupanya di dermaga terjadi kerusakan akibatnya hanya satu dermaga yg berfungsi.
“Bang jam berapa kira kira kita sampai Jakarta!”
“Bisa bisa jam 12 malam..”

“Aduh kalau nggak ada yg jemput aku, gimana ya” Ina baru pertama kali ke Jakarta dan keluarganya ada di Depok, memang mereka telah benjanji mau menjemput di Rawamangun, tapi kalau mereka lupa atau..
Itulah yg membuat Ina tampak gusar, dia berpegangan di ralling ferry sambil memandang jauh ke arah kerlap kerlip lampu Krakatau Steel.
“Begini, kalau nanti nggak ada yg jemput, Ina ikut Abang aja, besok pagi pagi sekali Ina Abang antar ke Depok.. Ok!”

“Ya.. Gimana ya..” Dia kelihatan ragu.
“Atau Ina mau menunggu mereka sampai pagi di Rawamangun”
“Enggaklah Bang.. Ngeri.. Katanya disitu banyak preman..”
“Makanya yg paling aman ikut Abang aja.. Nanti kita tidur di..”
“Ina.. Nggak mau tidur dipenginapan Bang, nggak mau..”
“Lho siapa yg mau ngajak Ina ke penginapan! Nggak lah, suer Abang janji, lagian penginapan kan biasanya kotor and jorok” Kami saling menempelkan tangan kanan sebagai tanda setuju.

“Rawamangun.. Rawamangun.. Jakarta.. Jakarta.. sampai sampai” Suara gaduh dan kilauan cahaya lampu membangun aku dari tidur nyenyak semenjak bus turun dari ferry di Merak.
“Ina.. Bangun kita sudah nyampe.” Kulihat jam ku sudah menunjukkan kukul 01.30 dinihari.
Ternyata feeling Ina memang betul. Setelah hampir 15 menit mencari kesana kemari disekitar terminal, kami tdk menemukan saudara Ina yg katanya mau menjemput.

“Bang, gimana dong Bang, kok nggak ada yg jemput Ina.”
“Ya sudah.. Ina ikut Abang aja ya” Wah aku harus berfikir keras kemana si Ina harus kubawa malam ini, kerumah! Jelas nggak mungkin, kecuali mau perang bubat dengan mantan pacar. Nah! Aku ada ide.
“Bang ke Central Bang” Sopir taksi ternyata mengerti dengan apa yg kumaksud.
“Yg di jalan Pramuka Pak”

“Betul Bang” Aku sengaja hanya menyebutkan nama sebuah hotel tanpa mendahuluinya dengan sebutan hotel supaya Ina tdk curiga. Di taksi Ina kembali tertidur pulas dan baru bangun setelah aku bangunkan untuk segera check in. “Ina.. Ina, ayo bangun bangun..”
“Ouhh.. Kita dimana bang..”
“Ayo turun dulu”
“Wah.. Bang, Ina nggak mau kepenginapan.. Kok Abang malah”
“Ina.. Ini bukan penginapan tapi hotel, ayo.. malu tuh diliatin orang” Dengan langkah gontai karena masih mengantuk Ina kutuntun menuju lantai 7 hotel tersebut.
“Bang Ina mau mandi dulu ya”. Kayaknya badan Ina sudah gatal semua”

“Iya deh.. Abang pesan makanan ya” Sebelum masuk ke kamar mandi Ina mengeluarkan semua isi katong roknya, isinya beberapa uang logam, permen yg tadi kami beli sewaktu di ferry tissue dan sebuah kartu pelajar.
Segera kulihat dengan seksama kartu tersebut Nama: Rostiana Kelas: II B SMP Negeri “Oh my God”. “Kali ini feelingku kembali terbukti, Ina bukan tamat SMU seperti yg dia bilang, nyatanya baru tamat SMP, tetapi kenapa dia mesti berbohong untuk itu”. Kalau dilihat dari penampilan, tak seorangpun akan menampik kalau dia sudah tamat SMU. Tinggi sekitar 162, berat sekitar 51 kg dan bra 36.., rambut panjang dikepang, yah.. Harus diakui Ina gadis yg cepat matang secara phisik.
“Ina.. Ayo kita istrirahat yok, pantat Abang rasanya pegal banget nih”

“Ayo bang” Kami segera menuju satu satunya tempat tidur di kamar itu karena memang aku sengaja memesan kamar dengan single bed.
Aku tahu Ina tadi tdk pakai kosmetik apa apa maklum sudah mau tidur, tetapi wangi asli tubuhnya jauh lebih merangsang dari pada parfum keluaran Paris sekalipun.
“Na.. Keramas ya!” aku bertanya sambli memeluk dan menciumi rambutnya.
“Iya.. Bang, kan katanya kalau habis gituan harus keramas”
“Lha, Ina kapan gituannya”
“Dasar Abang, sudah pikun kali ya”
“Tuh yg kemaren malam di bus kita ngapain.. Ayo..”
“Ee.. Eh iya. Maksud Abang kita kan hanya” Aku sengaja tdk meneruskan kalimat, aku menunggu reaksi Ina.
“Tapi.. Ina kan keluar Bang. Dan Abang juga lho” Aku nggak peduli lagi dengan kata katanya, karena wangi rambutnya telah membuat otak kanan dan kiriku, sekarang kompak memikirkan satu tujuan yaitu memberikan yg terindah buat kepala bawah alias penisku.

Tubuh kami saling berhadapan ditempat tidur, sewaktu membalikkan badan, dada Ina sempat tersentuh oleh tangan ku dan aku dapat merasakan kalau Ina kali ini tdk lagi pakai bra. Darahku berdesir tiba tiba, degup jantung ku menaik, kepala atas dan bawah mulai berdenyut. Kurengkuh pinggulmya dengan tangan kanan sehingga tubuh kami jadi berdempetan.
Teteknya yg lembut dan padat terasa menekan dadaku dan paha kami saling menempel. Ina hanya pakai daster yg sangat longgar sedangkan aku sedari tadi sudah telanjang dada, hanya sehelai celana pendek tanpa CD yg saat ini kupakai. Bibir kami saling bertemu, Ouuhh.. aku nggak sabar lagi, bibir merah itu lansung kulumat. Bibir kami saling berpagutan dan sekarang lidahku mulai keluar menjilat rata permukaan bibirnya.

“Oh.. Abang.. Jangan bang..” Ina merintih, tetapi aku tahu pasti dia tdk bermaksud melarangku.
Tangan kananku mulai turun menyingkap dasternya, oh.. paha dan pantatnya demikian mulus. Kuremas pantat itu dengan lembut serta kutarik CDnya dengan pelan. Bibirku tak puas hanya diatas, sekarang dia mulai turun meniti leher Ina yg jenjang terus ku geserkan kesela sela kupingnya. Dalam keremangan dapat kulihat bulu bulu halus di kuduknya pelan pelan berdiri karena rasa geli bercampur nikmat. Kukecup leher Ina..

“Bang.. Hati hati.. Jangan dicupang, ntar kelihatan”
“I.. ya, jangan kua.. tiir” Aku terus mengembara dengan bibirku, kecupan demi kecupan telah membuat Ina memejamkan matanya karena nikmat.

Kugeser kepala ku sedikit kebawah dan oh.. Payudara itu demikian ranumnya. Semalam memang aku sudah meremas dan dan menghisapnya, tetapi baru kali ini aku dapat melihat bentuknya dengan jelas. Payudara Ina putih sekali, saking putihnya aku dapat melihat urat urat kecil bewarna merah dan biru seperti menempel dipermukaan kulitnya. Putingnya kecil, runcing dan memanjang (pantas semalam enak banget ketika dikenyot) sekitar puting berwarna coklat muda dan di payudara kiri masih tersisa sedikit warna merah bekas kecupanku tadi malam.

Segera kubenamkan kepalaku diantara dua bukit indah tersebut, Ohh.. sungguh nikmat menancapkap bibir serta lidah di daging kenyal itu. Pelan kubelai pangakal payudara itu, terus, terus memutar pelan menuju putingnya. Tubuh Ina menggelinjang dan sekarang dia telentang, telanjang, mengangkang dan mengerang sambil menantang.

“Bang.. Ina.. Nggak tahan, sekarang terserah Abang aja.”
“Iya sayang”
“Tetapi kenapa Ina bohong sama Abang” Aku coba mencari tahu sambil terus turun menjilati perut dan pusarnya.
“Auh.. Abang.. ge.. geli.. Tapi.. Terus bang” Pantat Ina mulai bergerak liar, membuat penisku tambah tegang dan mulai mengeluarkan lendir puith di ujungnya.
“Ina benci selalu dibilang masih kecil.. Sama bapak tiri Ina”
“Terus” “Katanya sama Ibu, Anakmu itu kan masih kecil, ayo nggak apa apa kita main aja aku sudah nggak sabar kalau mesti nunggu dia tidur”


 “Apa maksudnya dengan main ajaa..” kata kataku sedikit terputus karena aku berusaha melepaskan celana pendekku. “Maksudnya, mereka langsung begituan, padahal kamarku cuma dibatasin triplek tanpa loteng” Ina sekarang semakin erat memelukku, dibagian bawah aku dapat merasakan penisku tepat berada diatas bulu bulu halus memek Ina yg tumbuh belum sempurna, geli dan.. sangat merangsang.
“Jadi Ina ngintip mereka”
“Mula mula nggak sih bang, tapi.. lama lama Ina dengar Ibu mengerang-mengerang dan berkata ou.. ou.. ou.. jangan dulu, jangan dulu. Oh.. aku nggak tahan.. ouh.” Sekarang batang penisku persis dibelahan memek Ina.
Memeknya terasa hangat dan mulai berlendir.

“Ina penasaran. Eh rupanya Ibu telanjang dan diatasnya kulihat bapak tiriku lagi asyik menghisap puting payudara Ibu dan Ina mendegar bunyi aneh.. Klepok, klepok tiap kali pantat dan pinggul mereka beradu”
“Oh.. Ina yg mereka lakukan sama seperti apa yg sekarang kita rasakan”
“Iya Bang.. Ina bukan anak kecil lagi kan. Buktinya sekarang Ina sudah bisa kayak Ibu telanjang dan Abang diatas Ina.”
“Iya sayang” Bibirku sampai diperbukitan paling indah yg pernah aku lihat.

Bulu memek Ina masih sangat jarang, warnanyapun masih kemerah merahan. Semalam aku mengira dia mencukur bulu bulu itu, tetapi rupa rupanya bulu itu memang belum tumbuh dengan sempurna. Kukecup bulu itu, turun menuju belahan memeknya, ah.. warna merah muda menyembul ketika bibir memek Ina kusibak dengan jariku. Bibir kiri dan kanan memeknya sedikit bergelambir atau seperti ada sayatan kulit tipis persis dipinggir mulut memek, segera kuhisap pelan clitorisnya.

“Bang.. Terus.. Bang.. oouueenak Bang” Pinggul Ina mulai bergoyg dan pahanya terasa menjepit kepalaku sedangkan kedua tangannya mendorong agar kepalaku lebih dalam terbenam ke dalam memeknya.
Segera kujilat klitorisnya dan pelan pelan lobang memeknya juga kujilat dengan ujung lidahku, cairan putih bening mulai mengalir dari dalam memek yg masih tertutup rapat karena masih perawan.
“Ina, coba pahanya direnggangkan dikit” Aku merubah posisiku sedikit lebih tegak dengan bertumpu pada kasur agar penisku bisa lebih leluasa bergerak dipermukaan memek Ina.

“Abang, mau diapain Bang”
“Oh tolong payudara Abang dibelai belai, ayo sayang” Oh.. Kenikmatan luar biasa segera menjalari setiap ruang pori poriku ketika payudaraku diplintir lembut oleh Ina, tdk itu saja, tiba tiba dia bangkit, sambil bergelantungan dipundakku Ina menghisap kedua tetekku bergantian.

“Oh.. Ina.. Pelan pelan sayang. Abang jadi nggak tahan”.
” Kedua paha Ina sekarang terpentang lebar, memeknya terbuka dan siap menerima tusukan tusukan penis yg menegang.
Kugeser pinggulku ke atas dan kebawah lembut berirama, penisku bergerak seperti mencongkel clitoris Ina, Ina makin teransang. Sekarang tercapai sudah keinginanku melihat kedua mata sayu itu dalam keadaan horny, memang indah dan sangat merangsang. Lendir semakin membasahi kedua kelamin kami, gerakan penisku semakin lancar dan lincah diatas permukaan licin memek Ina. Tiba tiba dia memeluk erat pinggulku.

“Bang Ina ingin sekali jadi wanita yg sempurna”
“Maksud Ina”
“Ina mau, Abang masukkan penis Abang. Tapi Ina juga masih takut kehilangan perawan Ina, gimana nih bang, Ina nggak tahan” Ina meminta dengan pasrah, kulihat bibirnya setengah terbuka menunggu lumatan dan matanya sayu terpejam lemah.
Aku dapat merasakan getaran tubuhnya yg dahsyat karena itu gerakan pinggulku semakin kupercepat. Setelah 6 sampai 8 kali ujung penisku melindas clitorisnya Ina menjerit.

“A.. a.. a.. Abang, Ina lepaass lagi” Pelukannya demikian erat dan pada saat itu pula penisku berdenyut keras sekali, air itu bergerak liar dari selangkanganku, kepangkal paha terus menuju batang penis yg berdiri tegak dan oh.. dia menyembur keluar.. lepas.. lepas..
Kupegang kepala penisku yg masih berdenyut dan menyemprot terpatah patah, kujepitkan diantara kedua payudara Ina, Ina senang sekali. Kedua teteknya dia jepit dengan tangannya sehingga menimbun hilang semua batang penis dipangkal payudara tambun itu.
“Bang, kenapa tadi Abang nggak masukkan aja”
“Ina, masa depanmu masih panjang sayang.. Kamu masih muda. Dunia memang berlaku tdk adil terhadap kaummu. Kami para lelaki dengan gampang bisa membuang keperjakaan dimana saja, di tempat lacur, di kamar mandi dikandang binatang, ya dimana saja kami suka. Tdk ada yg ribut.”


“Maksud Abang?” Ina melap keringat yg menepel didahiku..
“Kebanyakan lelaki masih saja menuntut kamu perawan sampai ke malam pertama, Abang tahu ini sangat berat buat kalian para perempuan. Lihatlah godaan itu begitu banyak hampir disetiap sisi kehidupan.”
“Jadi gimana dong bang. Aku kan kepingin nyoba juga”
“Ya.. Itu bukan berarti kamu nggak bisa mencobanya, kamu bisa melakukan dan merasakan kenikmatan sex itu tanpa harus kehilangan keperawananmu”

“Oh iya. Ina ngerti sekarang, thank you bang. Abang telah ngajarin Ina mencicipi kenikmatan itu dan Ina toh masih tetap perawan kan”
“Iya, tapi kamu mesti hati hati, kamu hanya boleh melakukannya dengan orang yg sudah bisa mengontrol emosinya, jangan lakukan dengan pacarmu yg sebaya”
“Emang kenapa bang..”
“Kalau saja tadi Abang nggak bisa menahan diri, ya.. Sekarang kamu sudah nggak gadis lagi, perawanmu tinggal kenangan.. He he.. he..” Aku mencium bibirnya yg setengah terbuka karena mau komplain.
“Jadi kalau gitu, Ina mesti lakukan dengan siapa dong kalau lagi kepengen”
“Ya sama Abanglah, jangan sama yg lain he.. he.. he” Cubitan bertubi tubi mendarat dipingangku membuat aku harus lari dari tempat tidur ke kamar mandi dalam keadaan telanjang lancip eeh bulat.
“Ina”

“Ya.. Bang” “Coba dengar lagu itu” Saat itu kami berada didalam taksi menuju ke rumah saudaranya Ina di Depok, kebetulan dari radio terdengar sebuah lagu lama Crisye yg diaransement baru.
“Anak sekolah datang kembali dua atau tiga tahun lagi”
“Bang. Bang. Tukar aja stationnya bang” Ina cemberut karena nggak mau dibilangin masih kecil
“Iya dik..”
“Eh Bang aku sudah besar tauk, jangan dipanggil dik, semalam aja aku sudah bisa” Mulutnya langsung kubekap dengan tangan kananku, takut dia malah buka rahasia kami semalam.

Sopir taksi cuma mesem mesem sambil memindahkan gelombang radio ke station lain.
“Ok para listener dimana saja anda berada, kami tahu sore ini macet terjadi dimana mana, kami minta anda bersabar dan untuk menemani perjalanan anda berikut sebuah nomor lama, ‘When a Man Love a Wooman’”
“Tet.. tet.. Titt.. eh.. maju.. Oi.. Jangan tidur..” Macet dipintu tol Rawamangun mulai mencair, kulihat gadis berkepang dua melambaikan tangannya dari atas bus dan masih saja senyum dikulum.

Buat dia tdk ada yg perlu dipermasaalahkan tinggal duduk di bangku empuk bus super executive sambil menonton taygan video. Lagu Michahel Bolton dan teriakan, serta suara gaduh klakson mobil telah merenggut khayalan indahku dengan si Ina. Semenjak itu aku hanya dapat berita bahwa dia pindah ke Surabaya ikut dengan Ibunya yg sudah bercerai dari bapak tirinya.



www.eraqq.com

Monday, November 23, 2015

BANDAR POKER - Cerita Seks Fairuz Haus Perawan - Dia dikenal dengan Hobbynya yang suka berselingkuh dan berhubungan sex dengan wanita wanita daun muda namanya Fairuz bahkan beberapa waktu yang lalu Koran lokal setempat pernah menulis namanya dengan huruf yang besar di halaman depan.


BANDAR POKER



”LAGI:RAJA GARMEN SELINGKUHI KARYAWATINYA”. itulah salah satu judul headline Koran setempat.masih ada banyak judul lagi yang bisa disimak namun toh isinya sama saja pasti menceritakan tentang sexsualitas Fairuz.


BANDAR POKER



Fairuz memang sangat menyenangi tubuh wanita.ia selalu ingin melakukan hubungan sex dengan perempuan cantik baik itu pelacur,ABG,Ibu penjual Sayur,PRT,bahkan dengan karyawatinya sendiri.pokoknya asal wanita tersebut sesuai dengan tipenya ia akan melakukan apa saja untuk dapat berhubungan sex dengan wanita tersebut.

Mulai dari cara yang halus, sampai tahap pemaksaan .KRD pelacur sexy dari simpang lima itu contohnya.pantatnya yang bahenol mampu membuat nafsu birahi Fairuz menggelora.berkat perantaraan.sebut saja MR G (mucikari) pada suatu malam Fairuz bisa menikmati tubuh pelacur itu di sebuah hotel bintang lima.memang Fairuz harus merelakan uangnya amblas sebesar 300.000,-namun baginya it’s not a problem.

Fairuz adalah seorang yang royal untuk urusan “beginian”.tidak masalah baginya kehilangan sejumlah uang.asalkan bisa menikmati nikmatnya ranjang peraduan bersama wanita pilihannya.
Otak Fairuz juga bisa dibilang encer.ia tak mau memelihara istri muda.menurutnya akan menghabiskan banyak uang dan merepotkan.ia menyadari bahwa suatu ketika ia akan bosan jika hanya melakukan hubungan sex dengan satu dua orang wanita yang sama.
Maka itu ia lebih memilih gaya hidup mirip Don Juan.mencari wanita berbeda-beda demi kepuasan sexual semata.

Istri Fairuz Yurike sekalipun sudah memasuki usia menopouse masih terlihat sangat menawan dan sexy.kulitnya kencang,dan dadanya masih terlihat montok.menantang setiap kaum adam yang berpapasan dengannya. banyak orang tak habis pikir mengapa Fairuz masih suka njajan diluar padahal di rumah sudah ada yang montok dan aduhai.

Dan jawabannya mudah bosan. ya Fairuz yang menikahi Yurike 30 tahun silam merasa bosan melihat tubuh istrinya itu.Yurike juga tahu Yurike bukan lagi Yurike ABG yang dulu memikat hati Fairuz.sekarang ia memang sudah menjadi tante-tante (tante yang sexy maksud saya)wajar kalau Fairuz berpaling ke wanita lain.

Yurike sebenarnya sudah melakukan segalanya untuk merebut kembali suaminya mulai dari membenahi dirinya baik dengan mengikuti senam sex,diet,gurah vagina,sampai operasi plastik juga menyewa tukang pukul tujuannya apalagi kalau bukan untuk menyakiti wanita yang pernah ditiduri Fairuz.

Ia berharap suatu ketika Fairuz mau menyadari kesalahannya dan kembali kepelukannya
Namun tampaknya usaha Yurike itu tak membuahkan hasil apapun .Fairuz bahkan sekarang malah jarang pulang.lalu kenapa Fairuz tidak menceraikan istrinya saja toh dengan uangnya banyak wanita nakal yang bersedia menikahinya.

Karena sebenarnya semua kekayaan Fairuz berasal dari bapaknya Yurike mertuanya. Dengan menceraikan Yurike ia sama saja dengan bunuh diri dan kembaali menjadi miskin lagi.lagipula toh sekarang Fairuz sudah punya dua orang putri dari hasil pergulatannya 30 tahun silam bersama Yurike.

Kembali ke Fairuz.saat sendirian di kantornya sang don juan melamun membayangkan saat ia bercinta dengan Santi sekretarisnya semalam….. Malam itu mereka, Fairuz dan Santi harus menyelesaikan market pengiriman pesanan kaihuddin (salah seorang klien perusahaan mereka) di ruangan Fairuz.kenapa harus malam bukan siang hari itu dikarenakan Fairuz sedang ingin berhajat.

Santi yang sudah lima tahun bekerja di perusahaan Fairuz dan semua karyawati di perusahaan itu sudah barang tentu mengetahui maksud ajakan bossnya lembur malam seperti saat ini.maka malam itu Santi sengaja memakai rok yang paling sexy dan tidak menggenakan CD sama sekali.

Karena ia tahu malam ini adalah gilirannya untuk menghangatkan kelamin bossnya.ia berjanji malam ini ia harus bisa membuat Fairuz kecanduan permainan sexnya Santi tidak merasa keberatan melakukan hubungan badan dengan bossnya.

Bila diminta karena toh ia tahu setelah melayani bossnya tentulah gajinya akan naik ditambah. lagi tentu saja perhatian sang boss.ia tahu untuk menjadi sekretaris bukan Cuma otak yang harus digunakan ada kalanya kelamin dan badan lebih memiliki andil besar dalam sukses sang sekretaris kelak.

Santi yang semenjak SD terkenal pemalu ini dapat dikatakan “terlambat datang bulan” maksudnya terlambat meraih kesempatan bisa esex-esex dengan bossnya) bayangkan saja Ina sang kakak yang baru bekerja 2 tahun yang lampau sebagai sekretaris saja sudah menjadi simpanan sang boss.

Dari segi fisik toh sebenarnya tidak terlalu tidak terlalu beda dengan Santi. Hanya saja si Santi itu tipe cewek timur (yang sangat menghormati keperawanannya) sementara si Ina tipe “lonte”(sebutan untuk pelacur)

Alkisah market itu dapat diselesaikan dalam waktu beberapa jam saja setelah itu.
Fairuz mulai mematikan semua peralatan electronic kantornya sementara itu Santi juga membereskan beberapa file yang berceceran di meja.setelah itu ia menutup semua gordin ruangan Fairuz.

“pak sekarang nih “maennya”?”

“hah,Santi kamu sudah tahu mau bapak ,ya sudah cepet sana lepasin pakaianmu”

“ semua karyawati juga tahu pak, oke deh pak. tapi bapak harus janji dulu”

“janji apa?”

“bapak harus pake condom karena saya nggak mau hamil,dan kedua bapak harus naikkin gaji saya,gimana pak?,berani nggak?”

“soal condom beres, tapi kalau naikkin gaji kamu sorry-sorry aja ya. asal kamu tahu gaji kamu itu lebih besar dari semua pegawai disini.”

“ya bapak saya kan mau beli mobil baru pak”

“dasar wanita jalang kalau mau mobil minta donk sama suami kamu jangan sama saya,cepet buka baju kamu,”burungku” sudah nggak tahan nih.” Maka akhirnya Santi mulai melepasi bajunya satu persatu.

Mulai dari atasannya ,roknya,dan juga branya. Maka terlihat oleh mata Fairuz gumpalan daging kembar yang menggemaskan, mrs “V”nya yang mungil dan “berambut gondrong”.

Burung Fairuz segera berdiri segera saja disambarnya tubuh Santi diremasnya kedua payudaranya.dikulumnya mulut manis sang bidadari.

Ciuman Fairuz yang membabi buta,remasannya yang mengetarkan bulu kuduk membuat Santi terangsang dibalasnya ciuman Fairuz tangannya mulai meraba-raba burung Fairuz yang sudah menggeras.

“Akh kocok…..kocok burungku nes cepetan………”pinta Fairuz.Santi segera mematuhinya ditariknya kulit kemaluan Fairuz maju mundur searah perlahan-lahan kemudian semakin cepat.

Fairuz menciumi kedua payudara Santi.memainkan putingnya yang coklat kehitam-hitaman itu dengan lidahnya.Santi merasa kegelian tubuhnya menggeliat kesana kemari bagai cacing kepanasan.
(akh….gah….jang…an ….akh.owh………….hah …….geli….kya… akh….gah….jang…an ahk…..haha…hah).teriakan merangsang keluar dari mulut Santi.menahan gelinya permainan lidah Fairuz.adegan selanjutnya terjadi di sofa.

Santi berbaring di sofa sementara Fairuz berusaha memasukkan burungnya yang hitam,panjang dan kekar ke vagina gadis sexy itu.hujaman burung Fairuz ternyata membuat Santi kesakitan.kembali Santi berteriak-teriak.

(akh…..haaaaa…hah…..hah….kya………….ouwwww…….paaak sakit akh ………tahan seb…entar ak…akh…hen….ah……pak…..)tanpa mempedulikan rintihan.

Santi Fairuz terus berusaha memasukan burungnya.sekalipun ia terus berusaha namun ia belum berhasil juga .

Fairuz akhirnya berhenti melakukan usahanya itu.ia tak tega melihat Santi Wilanda Suprapto .mantan cover girl salah satu majalah ibukota yang kini menjadi salah satu karyawatinya itu kesakitan menahan hujaman burungnya yang tak pernah mengenal belas kasihan terhadap kaum hawa tersebut.
Iapun membiarkan Santi berbaring sebentar

“Agnes,vagina kamu kok keset banget sih kayak perawan.sukar ditembus.”

“hah….emang saya masih perawan bossss….”

“dasar wanita murahan, pembohong mana mungkin kamu kan sudah kawin sama prof.Indra”

“eh,boss dibilangin kagak percaye suami aku itu kena impotensi tau nggak..”

“jad…jadi kamu belum pernah nglakuin beginian sebelumnya”kata Fairuz terbata-bata wajahnya mulai pucat pasi.

Gila ia baru saja akan memerawani sekertarisnya kalau pers sampai tahu bisa habis deh nasibnya “belum makanya aku jual keperawananku sama boss.”

“maksud kamu ????”

“gini boss suamiku kan impotensi jadi nggak ada harapan donk suatu saat nanti ia bakal memerawaniku .sementara itu toh aku butuh uang untuk beli mobil jadi ……kalau boss setuju….”

“oke deh aku beli keperawanan kamu bayarnya nanti yang penting aku bisa happy-happy dengan perawan”ujar Fairuz sembari mulai menjilati bulu-bulu halus yang tumbuh lebat di vagina Santi.Santi mulai merintih lagi menahan rangsangan pada vaginanya.

“hei,pelacur beri aku posisi 69”Agnes segera membalik posisi tubuhnya sedemikian rupa hingga ia bisa menggulum burung Fairuz dengan leluasa .sementara itu lidah Fairuz menari-nari dengan liarnya di dalam vagina Santi.

Santi mengulum burung Fairuz dengan sangat professional ia memutar burung itu pelahan-lahan searah jarum jam di dalam mulutnya menyedotnya menjilati kedua bola Sasongkong juga mengigit lembut kepalanya sesekali.

Saat itulah Fairuz memekik nikmat.sementara itu akhirnya Fairuz menemukan chrytoryss milik Santi dijilatinya benda sebesar kacang kedelai itu.rangsangan yang hebat timbul.Santi mulai menggoyang-goyangkan pantatnya naik turun seirama berkali-kali tampak memek Santi menimpa wajah Fairuz.

“akh…pak, condomnya dilepas aja ya. rasanya pahit nih”

“emang kamu ndak takut hamil heh?”

“biarin aja emang gua pikirin,cepet lepasin pak”

“eh,mulut kamu sexy juga lepasin aja sendiri dengan mulutmu”

Santi segera mematuhi permintaan Fairuz ia mulai berusaha melepas condom itu dengan mulutnya . agak susah juga sih karena condom yang membungkus burung Fairuz itu telah menjadi licin akibat air liur dari mulut Santi.namun setelah dicoba terus dengan tekun akhirnya karet pengaman itu berhasil dilepas dari burung Fairuz.dan mulailah ia mengulum burung itu lagi.

“gila,ternyata kalau nggak dibungkus lebih enak ya pak rasanya” Fairuz tak lagi mempedulikan omongan Santi ia terbuai juga dengan permainan mulut Santi matanya sesekali tampak merem-melek.tiba-tiba…… (broooooot…….) letusan hawa busuk keluar dari pantat Santi.

“uahhh bau banget. kamu kentut ya wanita jalang,sialan” “maaaaf pak……”jawab Santi terbata-bata wajahnya memerah karena malu.lima belas menit kemudian barulah bau kentut Santi hilang.Fairuz benar-benar mara

“Gila sudaah enak-enak pake gaya 69 eh pake kentut lagi”umpat Fairuz dalam hati untunglah kejadian ini nggak membuat libido si Fairuz buyar.mereka pun melanjutkan “hal itu” lagi.

Sekarang mereka berdua duduk di kursi direktur. Fairuz di belakang Santi di depan.burung Fairuz dijepit kedua belah paha Santi.sementara itu jari tengah tangan kanan Fairuz masuk ke dalam lubang vagina Santi.

Memainkan chrytorys cewek jalang itu.dan tangan kirinya asyik meremas-remas payudara Santi bergantian

“Agnes goyang pahamu.cepat!”perintah Fairuz seperti biasa Santi mematuhinya.

Paha Santi begitu hangat sehangat vagina Yurike saat masih muda dulu.tiba-tiba…. “Agnes,vagina kaamu sudah basah sayang. sini biar kucoba merawanin kamu lagi”

Fairuz segera membaringkan Santi di lantai lantas dengan sekuat tenaga ia mencoba memasukkan burungnya lagi

(haaaaa……ouwwwww………saaaakit ….bosssssss………haaaaaa……..ark……….. kya…………………..) finally pertahanan sang dara telah jebol.berkat usaha Fairuz yang keras serta cairan vagina yang membuat mrs”V”

Santi sedikit licin.percikan darah perawan timur Santi memercik keluar.hati Santi saat itu menangis ia menyesal telah memberikan mahkota keperawanannya pada lelaki type Fairuz.tapi ia bangga karena akhirnya beban berat yang dipanggulnya telah dihancurkan oleh penis Fairuz.

Fairuz pun merasa puas karena dapat memetik mahkota suci milik Santi.ia segera menggoyangkan tubuhnya seirama menggenjot tubuh Santi yang kelelahan tak berdaya.mungkin karena terlalu bersemangat tenaga Fairuz cepat terkuras habis.ia hanya mampu menggenjot tubuh Santi selama 30 menitan hingga akhirnya…… (croooot……croooot..blesss……).

air suci Fairuz terlepas keluar.memenuhi vagina Santi yang masih sempit.cairan itu serasa menghangatkan seluruh tubuh Santi.

Sementara Fairuz terbaring kelelahan Santi melanjutkan permainan ini hingga mencapai klimaks. Selanjutnya jam 02.00 dini hari Santi baru pulang ke rumahnya.ia mendapat uang sebesar 126USD$dalam dollar dari si Fairuz sebagai ganti atas keperawanannya.Fairuz juga sudah berjanji untuk membelikannya sebuah mercy “M” class




ERAQQ

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!